ChanelMuslim.com – Fifi Jubilea praktisi pendidikan saat ditemui ChanelMuslim.com di Tabligh Akbar Aliansi Perempuan Indonesia (ALPIND), Sabtu (10/12/2018), mengungkapkan bahwa film Dilan sebenarnya bagus. Namun, alangkah baiknya adanya ketaatan keislaman yang benar. Seperti apa yang dikatakan Pidi Baiq sendiri, yaitu taat agama dan sayang orangtua. Justru, taat agamanya tidak terlihat baik pada film dan novelnya.
"Kalau demam Dilan sendiri saya rasa kita perlu membuat Dilan-dilan berikutnya, yang kata-katanya bagus, sempurna dan membuat motivasi remaja untuk taat pada keislaman," tutur Kandidat doktor di bidang Education for Secondary Level di Perth ini.
Demam Dilan bukan hanya dihinggapi mereka yang ingin mengenang zaman tahun 90-an tetapi juga remaja kekinian. Hal ini dikarenakan mereka penasaran bagaimana Dilan yang sosok pendiam itu bisa menaklukan hati Milea. Seorang pendiam, ketua geng motor dengan julukan 'panglima tempur' mampu mengungkapkan perasaannya dengan kalimat puitis ke Milea. Milea yang tadinya jutek menjadi jatuh hati pada Dilan.
Dilan adalah salah satu karakter dari novel karangan Pidi Baiq. Setelah novelnya sukses, kisah Dilan dan Milea pun diadaptasi menjadi film layar lebar. Dalam waktu dua minggu, film Dilan mampu merebut 4,3 juta penonton.
Film yang diangkat dari novel karya Pidi Baiq berjudul Dilan, Dia adalah Dilanku Tahun 1990 ini bercerita tentang sejoli, Dilan (Iqbaal Ramadhan) dan Milea (Vanesha Prescilla) dengan latar Bandung tahun 1990. Dilan, digambarkan sebagai remaja anggota geng motor dengan julukan Panglima Tempur tetapi dan sayang orang tua.
Film mengenai Dilan sebenarnya hanya mengenai kisah percintaan SMA di tahun 1990, bedanya Dilan mengungkapkan kalimat puitisnya untuk merayu Milea. Rayuan Dilan ke Milea membuat demam remaja kekinian yang mungkin jarang melihat gaya pria merayu dengan puitis.
Namun, dalam Islam tidak mengenal rayu merayu sebelum akad pernikahan. Film Dilan yang menayangkan gaya pacaran saat sekolah seolah melegalkan bermesraan dengan yang bukan mahram sebelum pernikahan.
Kita telah mengetahui tiap laki yang beriman dianjurkan untuk menahan pandangannya, apalagi merayu seorang wanita bukan mahram.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat“. (Quran Surat An Nur ayat 30).
Jargon Dilan taat agama sepertinya harus dihapus saja, cukup sayang pada orangtua. Hal ini dikarenakan taat agama bukan sedekah puasa dan sholat saja. Remaja yang taat agama berarti taat pada hukum-hukum syariah, termasuk dalam menundukkan pandangan.
Mengenai sosok Dilan taat agama di zaman kekinian ada di anaknya Ustad Arifin Ilham, Alvin Faiz yang mampu merayu ayahnya. Di usia 17 tahun seperti Dilan, ia memantapkan hati untuk menikahi Larissa Chou yang saat itu berumur 20 tahun.
Kasihan Dilan, ia tidak bisa menikahi Milea. Padahal ia melakukan banyak hal saat menaklukan hati Milea. Seperti harus mencari tahu nomor telpon Milea dan mengontaknya malam-malam lewat telpon umum.
Dilan dan Milea adalah contoh percintaan monyet yang gagal tanpa pernikahan yang syah. Memang di Indonesia menikah di umur 17 tahun bahkan SMA belum diperbolehkan. Namun, alangkah baiknya seperti Alvin yang berani mengungkapkan cintanya dengan berani.
Dalam sebuah surat Herdy, suami Milea asli bukan Dilan yang dipublikasikan di Mizan terpublikasikan. Mengungkapkan Milea mengadu pada Herdy mengenai perihal DIlan yang hanya bisa mengumbar kata-kata tanpa pembuktian. Beda dengan Dilan, Herdy mampu menjawab kekurangan Dilan dengan pembuktian untuk menikahi Milea.
Hal ini yang pantas untuk dicontoh remaja. Bukan sekedar puisi romantis dan cara merayu wanita atau bagi seorang wanita untuk dipacari. Padahal kasus Dilan dan Milea bisa menjadi pelajaran. Mungkin sudah jutaan orang yang mengalami hal ini. Cinta bukan sekedar merayu tapi keberanian untuk menikahi pasangan yang dicintai. (Ilham)