KAIDAH parenting dalam surat Yusuf dijelaskan oleh K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. Allah ta’ala berfirman:
قَالَ يَا بُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُؤْيَاكَ عَلَىٰ إِخْوَتِكَ
“Ayahnya berkata, ‘Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu.’” (Yusuf: 5)
Janganlah kamu menceritakan semua urusan pribadimu kepada seseorang sekalipun kerabat atau saudaramu, karena menyimpan sebagiannya bisa menjadi keselamatan.
Islam juga menjaga dan menghargai privacy setiap orang. Ayat ini juga menjadi salah satu kaidah dalam parenting, yaitu berlaku adil kepada anak-anak.
Jangan lebih mengutamakan seorang anak di atas yang lain. Jangan pula lebih mencintai seorang anak ketimbang yang lain.
Orang tua terkadang secara tidak sengaja lebih mencintai anak paling kecil ketimbang yang lain.
Atau lebih cenderung kepada yang paling tua, anak perempuan jika yang lainnya laki-laki, atau salah satu di antara anak-anaknya.
Bila hal ini terjadi, orang tua harus menolak kecenderungan hati atau kecenderungan tidak sengaja ini.
Jika tidak bisa menghilangkan sepenuhnya, maka orang tua tidak boleh membiarkan kecenderungan ini muncul dan harus berusaha agar anak-anak tidak menangkap kesan tersebut.
Lebih mengutamakan atau lebih mencintai sebagian anak atas sebagian yang lain merupakan kesalahan besar.
Sedangkan menampakkan dan menyatakannya secara terang-terangan merupakan dosa, bahkan “kejahatan” yang tidak termaafkan.
Efek dan bahaya tindakan ini tidak hanya membuat anak-anak yang “dikalahkan” tumbuh menjadi pembenci dan pendendam, tetapi juga membuat suasana diantara mereka diwarnai saling mendengki dan membenci.
baca juga: Belajar Parenting dari Gadget
Kaidah Parenting dalam Surat Yusuf
Saudara-saudara Nabi Yusuf alaihis salam dendam kepadanya lalu membuangnya ke dalam sumur, beralasan dengan apa yang biasa terjadi di dalam keluarga bahwa bapaknya lebih mencintai Nabi Yusuf kecil.
إِذْ قَالُوا لَيُوسُفُ وَأَخُوهُ أَحَبُّ إِلَى أَبِينَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ إِنَّ أَبَانَا لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ
“(Yaitu) ketika mereka berkata: “Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.” (QS. Yusuf: 8)
Dalam hal ini Nabi Ya’qub alaihis salam tidak salah, karena beliau seorang Nabi yang ma’shum (terhindar dari kesalahan).
Nabi Ya’qub alaihis salam pasti telah berbuat adil dalam mendidik dan memperlakukan anak-anaknya. Perkataan saudara-saudara Nabi Yusuf itu hanya alasan yang dibuat-buat.
Sebab utama mereka mendendam Yusuf kecil adalah karena mereka mendengar mimpi yang disampaikan Nabi Yusuf.
Nabi Ya’qub alaihis salam telah memperingatkan Yusuf kecil agar tidak menyampaikan mimpinya kepada saudara-saudaranya karena bisa menimbulkan kedengkian, tetapi ternyata Yusuf kecil tetap menyampaikan mimpi tersebut sehingga apa yang dikhawatirkan bapaknya, Nabi Ya’qub alaihis salam, pun terjadi.
Firman Allah menjelaskan hal ini:
“Ayahnya berkata: “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.“ (QS. Yusuf: 5)
Jadi, pengetahuan mereka tentang mimpi Yusuf inilah yang membuat mereka mendendam Yusuf, bukan karena Nabi Ya’qub alaihis salam lebih mencintai Yusuf.
Kemudian hal ini dimanfaatkan setan untuk memunculkan permusuhan di tengah keluarga ini. Ini bisa disimpulkan dari kalimat: “Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.“[ind]