KISAH Jameel dan Almond membagikan air bersih gratis untuk warga desa di Gaza ini membuktikan akhlak saudara-saudara di Palestina.
Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti dalam artikelnya berjudul “Air Bukti Mulianya Muslim”, (20/10/2023) menceritakan kisah ini.
“Kalau kamu besok pagi bangun pagi lagi seperti hari ini, aku akan berikan sekantong makanan tambahan,” kata Jameel pada Almond.
Almond ini bukanlah nama sejenis kacang-kacangan, juga bukan nama orang. Almond adalah nama seekor keledai milik Jameel yang setiap hari membantunya mendistribusikan air untuk warga Gaza.
Sebelum pecah perang, Jameel adalah petani sayur. Setiap pagi ia bekerja di kebunnya dan menjual hasil panennya ke pasar.
Namun semenjak pecah perang, kesibukannya bertambah. Ia mewarisi sebuah sumur dari ayahnya yang telah wafat.
Setiap pagi, setelah menimba air untuk kebutuhan keluarga yang terdiri dari istri dan empat orang anak serta ibunya, ia akan membawa dua tangki besar bersama Almond, keledainya, untuk berkeliling kampung, mendistribusikan air untuk tetangga-tetangganya.
Tetangganya sudah menanti, mereka menyiapkan galon atau wadah apa saja yang bisa digunakan untuk menampung air guna keperluan sehari itu.
Tak jarang, tetangganya memberi makanan tambahan untuk Almond, karena Jameel tidak mau menerima uang dari air yang diberikannya itu.
“Saya tidak menjualnya, saya membagikannya gratis. Jika saya tidak membantu rakyat saya, siapa yang akan membantu mereka? ” ujar Jameel pada Aljazeera (17/10).
Tak hanya membawakan air, Jameel terkadang juga membagikan apa saja yang bisa dipetik dari kebun sayurnya hari itu.
Begitulah akhlak saudara-saudara kita di Palestina. Kedalaman iman seseorang akan tercermin dari kemuliaan akhlaknya.
Tak hanya pasukan di garis depan yang menunjukkan mulianya akhlak seorang Muslim, penduduk desa seperti Jameel pun tanpa diminta melakukannya.
baca juga: Tumbuhkan Semangat Kedermawanan, Founder Jakarta Islamic School Sampaikan Kisah Shuhaib bin Sinan
Kisah Jameel dan Almond Bagikan Air Gratis untuk Tetangga di Gaza
Air merupakan kebutuhan krusial bagi warga Gaza hari-hari ini, setelah zionis memberlakukan blokade total. Tak ada pasokan air sama sekali ke Gaza.
Mereka kesulitan mendapatkan akses air bersih, bahkan sekadar untuk minum.
Minum pun mereka tak berani banyak-banyak, supaya tidak sering buang air. Belum lagi kebutuhan air untuk thaharah.
View this post on Instagram
Jangan bayangkan seperti pada umumnya daerah di Indonesia, di mana kita bisa menggali sumur di masa saja dan mendapatkan sumber air. Posisi Gaza yang dekat dengan pantai membuat airnya payau.
Belum lagi karena bombardir Israel, banyak sumber air yang tertutup reruntuhan bangunan. Sementara pasokan air bersih berbayar distop sama sekali.
Air pula yang membedakan kemuliaan seorang Muslim dengan Yahudi, sebagaimana dicontohkan Khalifah Utsman ibn Affan yang membeli sumur Ruma dari Yahudi dan membagikannya secara gratis.
Dari banyak peristiwa yang terjadi di perang Palestina, Allah sepertinya ingin menunjukkan pada kita, bagaimana seharusnya hidup mulia sebagai seorang Muslim.[ind]