ChanelMuslim.com – Menjaga Fitrah anak dari LGBT
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyebutkan, Badan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Development Programme/UNDP), telah lama berperan dalam eksisnya LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender/transeksual). Bukan hanya di Indonesia, tapi juga di dunia (sumber: Liputan6.com – 03 februari 2018).
UNDP sudah sejak 2014 menyediakan dana untuk advokasi, perlindungan dan kegiatan LGBT di seluruh dunia. Menurut Mahfud, pembiayaan itu tidak bisa dihentikan. Namun, cara yang bisa ditempuh untuk melawan eksisnya LGBT adalah dengan undang-undang. Saat ini undang-undang itu sedang dalam penggodokan di DPR.
Penyebab seseorang menjadi LGBT masih juga menjadi perdebatan. Kaum sekuler dan liberal berusaha membuktikan bahwa menjadi LGBT adalah faktor bawaan atau given. Namun tidak ada satu pun penelitian yang berhasil menunjukan hal itu.
Baca Juga: LGBT di Indonesia Perkembangan dan Solusinya
Menjaga Fitrah anak dari LGBT
Secara ilmiah, gay gene tidak ditemukan dalam tubuh manusia manapun. Teori yang kemudian muncul adalah pengaruh dari kebudayaan dan lingkungan. Ada beberapa suku di dunia yang mempunyai budaya homoseksual dan itu jumlahnya sangat sedikit.
Kondisi kebudayaan kita yang semakin tergerus materialme membuat lingkungan kita menjadi tidak terlalu aman dan nyaman untuk anak-anak. Para penggerak dunia parenting bersepakat bahwa pola asuh orangtualah yang mampu membentengi anak-anak dari paham-paham yang berbahaya termasuk LGBT.
Menurut Elly Risman, aktifis parenting dari yayasan Buah Hati ada tujuh faktor yang menyebabkan anak-anak bisa terpengaruh LGBT.
Yang pertama adalah orangtua yang tidak peduli sehingga membuat anak menjadi lemah dalam berpikir, memilih dan mengambil keputusan.
Kedua hilangnya peran ayah, ayah hanya berfungsi sebagai pencari nafkah. Padahal seorang anak membutuhkan peran ayah untuk mengembangkan otak kirinya.
Yang ketiga, anak lelaki terlalu banyak berinteraksi dengan ibu. Dikhawatirkan yang muncul kemudian adalah sifat femininnya bukan sifat maskulin.
Keempat Anak perempuan kurang kasih saying ayahnya menyebabkan anak tidak mempunyai gambaran tentang lelaki seutuhnya dan anak menjadi lebih dekat pada sosok selain ayah. Ini dikhawatirkan menjadi pemicu anak menjadi lebih intim dan nyaman dengan sesama jenis.
Kelima, kurang pemahaman tentang agama. Agama hanya dijadikan sebagai acara ritual bukan sebagai petunjuk hidup. Anak tidak dikenalkan kepada Allah, Rasul dan islam yang lebih mendalam sehingga muncul kecintaan pada ketiga hal tersebut.
Keenam, terlalu bebas menggunakan gadget, dalam gadget anak-anak sangat rentan pengaruh apapun baik itu positif dan negatif. Ayah Bunda sebaiknya memastikan bahwa isi gadget ananda adalah hal-hal yang bermanfaat. Selalu lakukan control dan monitor terhadap kegiatan anak bersama gadgetnya. Jangan lupa, jangan terlalu asyik dengan gadget Ayah Bunda sendiri ya.
Yang ketujuh, anak terpapar pornografi, gadget menjadi pintu penghubung ananda dengan dunia luar manapun. Dengan gadget akses masuk untuk mengenal pornografi sangatlah mudah. Ketika anak melihat pornografi lewat matanya, maka hati dan akal yang mengolahnya kemudian. Di sinilah pentingnya konsep tentang berpikir, memilih dan mengambil keputusan itu.
Lalu bagaimana cara agar fitrah anak terjaga dari LGBT? Kerjakanlah tujuh pekerjaan rumah dari Elly Risman di atas. Dan mari kita ajak anak-anak agar mampu berfikir, memilih dan mengambil keputusan secara benar.
Tuntunlah anak untuk berpikir tentang mana yang benar dan salah, mana yang baik dan tidak, mana yang masuk akal dan tidak. Bukalah ruang-ruang diskusi. Biarkan anak banyak berbicara dan tugas Ayah Bunda mendengarkan dan mengarahkan.
Jangan menyela di saat anak sedang mengutarakan maksudnya karena itu menciderai hatinya dan keberadaannya. Beri penjelasan dengan menggunakan contoh, misalnya fakta tentang kisah nabi Luth dan kaumnya. Juga fakta tentang ketimpangan sosial serta beragam penyakit yang ditimbulkan oleh Pornografi dan LGBT.
Dalam proses menumbuhkan keinginan untuk berpikir, memilih dan mengambil keputusan ini memang membutuhkan kesabaran dan kontinuitas. Berlatihlah terus untuk kasus-kasus lain.
Ayah Bunda akan mendapati ananda yang menjadi lebih terbuka dan mau mengungkapkan pendapat juga menghormati orang lain. Selain itu ananda akan menjadi anak yang teguh dalam pendirian.
(Maya Agustiana)