ChanelMuslim.com – “Para pengrajin masih sangat minim kesejahteraannya.” Begitulah kalimat yang diucapkan Vivi Zubedi ketika pertama melihat langsung para pengrajin kain Sasirangan dan Pagatan. Air mata Vivi menetes mengingat kembali kisah perjalanannya berbagi dengan para pengrajin di pelosok Kalimantan Selatan tersebut pada acara konferensi pers bersama HijUp (31/01) di Khung Cafe Plaza Indonesia, Jakarta.
Diberi kesempatan sebagai satu-satunya modest fashion desainer tanah air yang diundang ke New York Fashion Week The Shows pada 11 Februari 2018 mendatang, menuntun Vivi untuk memberikan yang terbaik. Untuk itu, Vivi memilih menggunakan bahan dengan kain sasirangan dan pagatan yang masih belum banyak dikenal masyarakat luas. Meskipun pada banyak fashion week sebelumnya, Vivi biasa menggunakan kain tradisional tetapi yang sudah banyak dikenal masyarakat.
“Kain sasirangan belum banyak yang tau karena dapat kesempatan sebagai satu-satunya yang diundang saya ingin mengangkay kain yang belum banyak yang tau,” ucap desainer yang terkenal dengan koleksi Abaya ini.
Berawal dari keinginan tersebut, Vivi melakukan pertemuan dengan pemerintah daerah Kalimantan Selatan untuk menanyakan kain sasirangan yang ternyata ada kain unik lainnya yaitu tenun pagatan. Saat ini kain sasirangan dan pagatan hanya digunakan secara lokal seperti untuk seragam pegawai pemerintah daerah dan belum banyak tereksplor. Menurut penuturan Vivi jika baju dari kain tradisional ini tereksplor bisa bernilai jutaan tapi bagaimana para pengrajin belum sejahtera.
“Mungkin Allah ingin saya juga melakukan sesuatu untuk mengembangkan mereka. Padahal kalau bajunya bisa dijual berjuta-juta tapi bagaimana mereka bisa ikut juga sejahtera,” kata Vivi.
Kemudian Vivi bersama pemerintah daerah berinisiatif untuk melakukan seminar dengan mendatangkan para pengrajin kain tradisional. Dalam seminar tersebut Vivi berbagi teknik agar para pengrajin bisa lebih banyak memproduksi kain sehingga kesejahteraan mereka bisa meningkat dan bisa dijual dalam skala internasional.
“Saya tanya juga ke pemerintah daerahnya apa yang bisa saya lakukan dan ke pengrajinnya juga. Akhirnya dapat kesempatan untuk seminar dan berbagi teknik agar hasilnya bisa lebih bisa dijual secara internasional.”
Vivi mengaku masih bolak-balik ke lokasi pengrajin dalam rangka memberdayakan para pengrajin tersebut. Vivi bertekad membnatu mensejahterakan kehidupan mereka agar lebih layak karena melihat banyak nilai unik dalam kain sasirangan dan pagatan tersebut. Sejauh ini para pengrajin hanya dibayar untuk per lembar kain Rp 1000 sedangkan untuk jelujur per lembar Rp 500 dan dalam sehari pengrajin hanya mampu membuat 30-40 lembar. (Wnd)