MITOS menyuguhkan dua sisi: ‘Yin dan Yang’. Inilah di antara sisi negatif dari mitos yang terwariskan turun-temurun.
Mitos memang sudah begitu akrab untuk kebanyakan masyarakat kita. Ada sisi positifnya, tapi tidak sedikit juga sisi negatifnya.
Berikut ini sisi negatif dari mitos. Antara lain:
Satu, Pembodohan kepada Anak-anak.
Orang tua jarang menyadari bahwa mitos yang ia wariskan dari nenek moyang bisa membodohi generasi penerus: anak-anak, cucu, dan cicit.
Hal ini karena mitos tidak memiliki argumentasi yang logis dan hukum. Melainkan hanya sebuah petuah yang terwariskan dari nenek moyang.
Jadi, orang tua seperti mengajarkan kepada anak-anak untuk tidak kritis. Padahal, prinsip utama dari pendidikan adalah menumbuhkan generasi yang kritis agar ilmu mereka berkembang.
Dua, Menggiring pada Perdukunan.
Perdukunan sangat dilarang dalam agama, selain juga karena hal-hal dusta yang disampaikan para dukun yang merugikan banyak orang.
Prinsip perdukunan adalah yakin, jangan banyak tanya atau tidak boleh kritis, dan dekat dengan dunia gaib khususnya setan.
Seperti itulah mitos diposisikan oleh masyarakat kebanyakan. Tidak perlu dipertanyakan, yang penting diyakini. Hal ini karena petuah dari nenek moyang.
Pertanyaannya, nenek moyang dapat dari siapa? Jangan-jangan dapatnya dari dukun yang di zaman dahulu memang akrab dengan masyarakat kita.
Tiga, Bertentangan dengan Ajaran Islam.
Jika kurang teliti, mitos bisa bertentangan dengan ajaran Islam. Khususnya tentang akidah atau keyakinan orang yang beriman.
Contoh, mitos tentang selalu membawa gunting bagi ibu hamil.
Mitos ini seolah mengajarkan bahwa ada pelindung lain selain Allah subhanahu wata’ala. Yaitu, gunting yang diyakini bisa mengusir setan.
Dengan kata lain, gunting ditempatkan sebagai tuhan atau pelindung dari gangguan setan. Dan jika hal ini diyakini maka akan jatuh pada kemusyrikan.
Empat, Menjauhkan Generasi Muda dari Ajaran Islam.
Disadari atau tidak, mitos ditempatkan sebagai ajaran baru yang diyakini dan diamalkan. Hal ini menjadikan generasi muda lebih meyakini petuah mitos daripada ajaran Islam.
Menempatkan mitos sebagai dalil utama yang disampaikan ke generasi muda, akan menjadikan mereka jauh dari ajaran Islam.
Semakin banyak petuah mitos yang diyakini sebuah generasi, semakin jauh mereka memahami ajaran Islam. Mungkin saja ada sejumlah mitos yang sejalan dengan ajaran Islam, tapi sandaran yang disampaikan mitos justru menjauhkan generasi dari dalil Islam.
Contoh, mitos tentang menyisakan makan nasi. Jika ada nasi tersisa yang tidak termakan maka nasi akan menangis.
Mungkin pelajarannya baik agar anak-anak tidak menyisakan makanan. Tapi, kenapa tidak langsung diajarkan tentang tabzir yang merupakan ajaran Islam. [Mh]