NEGERI Saba dikenal dengan wilayah yang udaranya sangat bersih dan bahkan menyembuhkan bagi orang sakit. Cerita tentang negeri yang dipimpin Ratu Balqis ini diulas oleh Uttiek M. Panji Astuti.
Kementerian Kesehatan menyiagakan sumber daya untuk menghadapi dampak polusi udara terhadap kesehatan warga menyusul peningkatan polusi udara di wilayah Jabodetabek.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan alat spirometri di puskesmas-puskesmas di daerah dengan tingkat polusi udara tinggi.
Polusi udara bisa berkontribusi pada peningkatan kasus kanker paru-paru, tuberkulosis, penyakit paru-paru kronis, asma, dan pneumonia.
“Di Jakarta sebelum pandemi COVID-19 sekitar 50 ribu orang yang mengalami penyakit tersebut dan sekarang naik hingga 200 ribu kasus. Itu adalah akibat dari polusi udara,” katanya. [Republika, 24/8].
Oksigen yang selama ini kita hirup dengan bebas, kini semakin “mahal harganya”. Udara yang telah tercemari polusi tinggi menjadi sumber banyak penyakit.
“…Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah dan janganlah melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.”[QS Al-Baqarah: 60]
Umat terdahulu telah menyontohkan, sebagaimana yang terjadi di negeri Saba’. Begitu banyaknya pelajaran yang bisa diambil hingga Allah mengabadikannya dalam Alqur’an QS Saba’.
Baca juga: Kehebatan Bala Tentara Sulaiman Memindahkan Singgasana Balqis dalam Sekejap Mata
Negeri Saba dan Pencemaran Udara
Syahdan negeri Saba’ adalah negeri yang sangat makmur. Salah satu keistimewaan yang dimiliki adalah udaranya sangat bersih.
Saking bersihnya, kalau ada orang sakit cukup dibawa ke negeri ini dan berdiam begitu saja, maka akan sembuh dengan sendirinya, karena udaranya tak hanya bersih, namun juga menyembuhkan.
Bila ada penyakit yang ditularkan hewan, semacam kutu, maka kutunya yang akan mati sendiri dan kulit penderitanya akan mulus kembali.
View this post on Instagram
Begitu bersihnya udara di negeri ini sehingga konon tidak ada hama yang bisa hidup, seperti tikus, rayap, kutu busuk dan sebagainya.
Udara yang bersih ditambah tanah yang subur membuat hasil pertanian melimpah, buah dan sayur bisa dipanen setiap hari. Kualitasnya pun luar biasa. Ukurannya lebih besar dan rasanya lebih manis.
Ibn Qatadah dalam catatannya menyebutkan, bila ada orang berjalan sambil menyunggi keranjang di atas kepalanya dan melewati deretan pohon yang telah siap panen, maka keranjangnya akan penuh sendiri dengan buah-buahan yang berjatuhan tanpa perlu memetiknya.
Namun akhirnya mereka berpaling dan membuat kerusakan di muka bumi, hingga Allah turunkan azab dengan jebolnya bendungan Ma’rib atau bendungan Arim yang ukuran panjangnya 650 m x lebar 60 m x tinggi 16 m.
Air bah meluluhlantakkan kesuburan dan keindahan negeri itu hingga tak ada yang tersisa. Setelah banjir bandang mereda, tak ada lagi tanaman yang bisa tumbuh kecuali hanya sedikit dan menghasilkan buah yang sangat pahit.
Peristiwa tragis itu diabadikan dalam QS Saba’: 16, “Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Asl dan sedikit pohon Sidr.”
Telah jelas peringatan Allah pada manusia akan musibah yang datang bila terus menerus membuat kerusakan di muka bumi. Harusnya yang terjadi di negeri Saba’ menjadi pelajaran bagi kita.[ind]