ChanelMuslim.com- Tidak ada yang lebih bahagia buat seorang isteri selain bisa nyaman mendampingi suami.
Di mana pun ia bertugas, dan apa pun tantangannya.
Hal itulah yang kini dirasakan Bu Titin. Sebagai isteri pejabat daerah karir, ia senang-senang saja ikut suami ditempatkan di seluruh Indonesia. Pernah ke Padang, Bandung, Depok, dan beberapa kota di Sumatera utara dan selatan.
Bagi Bu Titin, pindah-pindah tempat tinggal bukan lagi masalah. Ia enjoy aja, toh anak pun masih kecil, alias belum pada sekolah.
Masalahnya justru ada pada suami Bu Titin. Walau sudah ikut majelis taklim, Bu Titin merasakan kalau suaminya kurang semangat untuk jihad. Jihad dalam arti memperjuangkan syiar-syiar Islam dalam masyarakat yang dipimpinnya. Misalnya jilbab, pembangunan masjid dan musholah, dan lain-lain.
Entah kenapa itu bisa terjadi. Padahal sebelumnya, ketika suami Bu Titin masih baru jadi sarjana pemerintahan, ia begitu semangat memperhatikan syiar Islam. “Eh, sekarang malah memble,” batin Bu Titin mengenang masa lalu.
Bu Titin sudah beberapa kali memberi nasihat. “Kang, jabatan itu amanah. Jangan lupa harus dipakai sebagai perjuangan syiar Islam!” ucapnya beberapa kali di kesempatan yang beda. Tapi, suami Bu Titin cuma jawab dengan senyum. “Insya Allah, isteriku!” jawabnya ringan.
Kalau di majelis taklim pun sering disindir-sindir ustadz. “Mumpung kita masih jadi pejabat, harus digunakan untuk beramal buat kepentingan dakwah Islam,” papar ustadz suatu kali sambil pandangannya ke arah suami Bu Titin.Tapi, tetap saja, suami Bu Titin bereaksi santai.
Suami Bu Titin pernah bilang kenapa ia begitu santai dalam memanfaatkan jabatannya di masyarakat. “Tin, jangan bawa masyarakat yang lagi susah ke urusan agama. Mereka butuh sembako, bukan musholah!” begitu ucapnya.
Dalam kesempatan lain pun Bu Titin pernah mendengar suaminya bilang, “Tin, buat apa mempersulit minuman keras di masyarakat. Kalau mereka terdidik, nggak ada yang mau beli minuman keras.”
Duh, susah memang menghadapi suami yang sudah nyaris mati rasa cemburunya terhadap syiar Islam. Hingga suatu kali, ada mutasi baru buat suami Bu Titin.
Suami Bu Titin dimutasi ke Jakarta. Jakarta? Bu Titin mulai pesimis jika dihubungkan dengan urusan suaminya. Di daerah yang modernitasnya biasa-biasa saja suami Bu Titin jadi santai, apalagi di Jakarta yang serba praktis. Belum lagi soal godaan uang. Waduh!
Beberapa bulan tugas di Jakarta, Bu Titin merasakan ada yang lain dari suaminya. Dan ini benar-benar di luar dugaan. Entah kenapa, suami Bu Titin sering ke masjid dan berdiskusi dengan pengurus masjid. Bu Titin juga kaget ketika suatu kali suaminya bilang, “Kita memang mesti jihad, Tin! Jihad buat kepentingan umat Islam!”
Masya Allah, apa yang terjadi? Bu Titin kian heran.
Suatu hari Bu Titin tanpa sengaja menonton berita tentang Jakarta. Di situ ada pejabat di Jakarta yang bilang, “Mau ngapain zikir di Monas? Emang kalau di masjid Tuhan nggak denger!”
Oleh pejabat itu pula, Bu Titin terkejut dengan ucapan sang pejabat soal penggantian user–name dan pasword di kantor pemda, “Ganti user-namenya jadi almaidah 51, paswordnya kafir.”
Mendapati itu, Bu Titin mulai paham. “Oh, mungkin ini yang bikin suami jadi semangat. Alhamdulillah!” ujarnya pelan. (muhammad nuh)