SAAT ini, ada upaya menghapus jejak Tuhan dalam kehidupan manusia, yaitu dengan teknologi AI (artificial intelligence).
Dalam artikel berjudul “Peradaban Teknologi Informasi” yang ditulis Uttiek M. Panji Astuti, (30/08/2022), ia mengulas tentang kemajuan teknologi saat ini dibandingkan dengan apa yang dilakukan ilmuwan Muslim.
Berdasarkan riset, diprediksikan pada tahun 2030, akan ada 80-an juta pekerjaan yang tergantikan oleh mesin. Namun pada saat yang sama, akan ada 90-an juta pekerjaan baru.
Untuk bisa survive, manusia harus meng-update ulang dan meningkatkan skill per 6 bulan sekali.
Riset lain yang dilakukan media The Verge menuliskan, sekitar 800 juta populasi manusia di dunia akan kehilangan pekerjaan.
Pekerjaan itu akan tergantikan oleh robot dan aplikasi. Media Finance 101 lebih detail lagi, mereka merilis aneka profesi yang segera hilang di tahun 2026.
Mengapa banyak pekerjaan yang tergantikan oleh robot dan aplikasi berbasis artificial inteligence?
Karena teknologi dapat bekerja lebih kuat, lebih cepat, lebih akurat, lebih murah, bahkan lebih “cerdas” dari manusia.
Apalagi teknologi dianggap tidak cerewet, tidak akan berdemo menuntut kenaikan upah, dan sebagainya.
Para pemuja kapitalisme memaknai perubahan itu sebagai sandyakalaning peradaban.
Kalau sebelumnya manusia pernah melalui pergantian peradaban dari pertanian menuju industri, sekarang dari industri menuju peradaban berbasis teknologi informasi.
Dalam perspektif mereka, peradaban sebelumnya berbasis otoritas langit melalui wahyu, Nabi dan kitab suci, segala keputusan dibuat berdasarkan rujukan kitab suci.
Pada zaman teknologi informasi sekarang ini, hal itu tak mendukung lagi. Manusia memerlukan narasi baru untuk mengatur hidupnya, yakni berpacu dengan teknologi.
Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Baca Juga: 5 Inovasi Kesehatan di Bidang Teknologi
Upaya Menghapus Jejak Tuhan dalam Kehidupan Manusia dengan Teknologi AI
Padahal sejak kapan manusia bisa berlepas dari aturan Allah? Islam selalu relevan hingga akhir zaman. Kemajuan teknologi yang terjadi hari ini bukanlah “barang baru”.
Islam pernah menggenggam kemajuan teknologi berabad sebelum Barat menguasainya. Dan itu tak membuat para cendekiawan Muslim meniadakan Allah.
View this post on Instagram
Berbeda dengan peradaban Yunani, Romawi dan Bizantium yang menganggap teknologi bertentangan dengan gereja, para cendekiawan Muslim menjadikan teknologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang sah dipelajari dalam Islam.
Sejumlah kitab dan risalah yang ditulis para ilmuwan Muslim tercatat telah mengklasifikasi ilmu-ilmu terapan dan teknologi.
Seperti kitab “Mafatih al-Ulum” karya Al Khawarizmi. Kitab “Ihsa al-Ulum (Penghitungan Ilmu-ilmu)” karya al-Farabi. Kitab “Al-Najat (Buku Penyelamatan)” karya Ibnu Sina dan banyak lagi.
Seorang ilmuwan bernama Al Amiri menjelaskan bahwa teknologi mekanika merupakan penerapan ilmu matematika dan sains dalam kitabnya yang berjudul “Al Ilam Bimaqib al-Islam (Pengantar tentang Keunggulan-keunggulan Islam)”.
”Mekanika memungkinkan seseorang menaikkan air yang terpendam di bawah kulit bumi dan mengangkat air dengan kincir atau air mancur, mengakut barang-barang berat dengan sedikit tenaga, membangun lengkungan jembatan di atas sungai yang dalam dan melakukan berbagai hal lainnya,” tulisnya.
Sebuah pemikiran luar biasa pada masanya, yang tak kalah hebat dari mereka yang menemukan berbagai teknologi informasi berbasis artificial intelligence hari ini.
Pada masa itu salah satu kebutuhan manusia yang paling mendesak adalah bagaimana mengelola air untuk meningkatkan produksi pertanian.
Peradaban Islam lah yang memulai pembangunan bendung jembatan yang mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk memenuhi kebutuhan penduduk maupun pertanian di Dezful, Iran.
Para ilmuwan Muslim juga telah mampu mengatur atau mengalihkan arus air, seperti pada bendungan pengatur air di Sungai Uzaym yang terletak di Jabal Hamrin, Irak.
Semakin tinggi pencapaian mereka, semakin dalam ketertundukan pada kekuasaan Allah.
Tak seperti para pemuja kapitalisme yang berupaya untuk menghapuskan jejak Tuhan dalam setiap kehidupannya.[ind]