ChanelMuslim.com- Ada yang menarik dalam acara Maulid Agung yang diselenggarakan alumni 212 di Monas, kemarin (Sabtu/2/12).
Yaitu, titik temu antara Nahdhatul Ulama atau NU dengan ormas-ormas yang tergabung dalam GNPF Ulama yang menjadi motor gerakan 212.
Tampak sekali di media pernyataan sejumlah tokoh PBNU yang menjadi netral di acara tersebut. Bahwa, NU tidak menganjurkan massanya untuk hadir dan tidak pula melarang.
Dengan kata lain, tampaknya, NU lebih mengedepankan pendekatan nilai keislaman antara lain ukhuwah, dakwah, dan silaturahim terhadap gerakan 212 daripada pendekatan lain, termasuk politik.
Hal ini sangat berbeda beberapa bulan sebelum ini. Di mana di sejumlah daerah seperti Cirebon dan Garut yang menyatakan penolakan terhadap sosok Bachtiar Nasir yang notabene tokoh GNPF Ulama. Umat Islam tentu patut bersyukur dengan iklim kondusif persatuan umat seperti ini.
Pidato Bachtiar Nasir tentang Gap NU dan Masyumi di Maulid Agung 212
Salah satu pembicara yang cukup menyentak perhatian publik di acara Maulid Agung kemarin adalah pidato Bachtiar Nasir yang menyinggung masalah NU.
Menurut Bachtiar Nasir, ada luka sejarah yang terpendam lama antara NU dengan kader Masyumi. Padahal, masih menurut tokoh GNPF Ulama ini, masing-masing pihak berada pada koridor yang dibenarkan dalam dakwah Islam. Yaitu, mengambil ijtihad untuk kebaikan umat dan bangsa.
Seperti diketahui, bahwa sejarah mencatat NU meninggalkan Masyumi dan bergabung dengan aliansi pemerintah saat itu. Sejak saat itu, seperti ada luka antara keduanya. Masyumi menganggap NU berkhianat dengan perjuangan umat, dan NU pun kecewa dengan Masyumi.
“Padahal, baik NU maupun Masyumi, keduanya berijtihad untuk mengambil langkah yang bernilai maslahat untuk umat. Dan dalam ijtihad, kalau pun salah, tetap mendapatkan satu pahala,” ucap Bachtiar Nasir.
Dalam hal ini, Bachtiar Nasir ingin mengajak umat di hadapannya, dan tentu saja tokoh dan kader NU di tanah air, untuk lebih mengedepankan persatuan dan ukhuwah Islamiyah daripada terkungkung dalam luka sejarah yang berkepanjangan.
Momentum Maulid Nabi saw.
Aksi konsolidasi GNPF Ulama melalui gerakan 212-nya tampaknya menjadikan momen Maulid Nabi sebagai titik temu antara seluruh simpul kekuatan umat di tanah air.
Selama ini, persatuan umat Islam yang sangat diidam-idamkan umat Islam Indonesia, selalu terkendala dengan hal-hal kecil seperti khilafiyah. Padahal, musuh-musuh umat Islam sudah begitu tampak di depan mata.
Musuh-musuh yang dimaksud antara lain adanya kekuatan asing yang tak terlihat tapi begitu terasa, melakukan upaya memecah belah umat. Dengan upaya sistematis ini, tidak tertutup kemungkinan NKRI akan pecah menjadi beberapa negara kecil yang lemah.
Inilah yang disebut oleh Habib Luthfi bin Yahya pada acara Tausiyah Kebangsaan di tempat yang sama sebagai akibat dari saling merendahkan antar anak bangsa, termasuk sesama umat Islam.
“Kalau kita tidak menghargai sesama kita, tinggal tunggu saja NKRI akan pecah menjadi enam, delapan, dan seterusnya,” ucap tokoh ulama asal Pekalongan ini.
Maulid Nabi merupakan momentum titik temu yang pas untuk semua ormas Islam di tanah air. Di acara Maulid terdapat semangat dakwah, mengembalikan nilai-nilai Islam kepada ajaran yang diteladankan melalui Rasulullah saw., dan juga terdapat tradisi umat Islam Indonesia.
Kalau saja GNPF, FPI, Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Persis, Wahdah Islamiyah, Dewan Dakwah Islamiyah, dan ormas-ormas serta parpol Islam saling menyatukan diri dalam barisan yang sama; Insya Allah, tak ada lagi musuh apa pun yang bisa memecah belah Indonesia. Dari luar, maupun dari dalam. (mh)