DI Indonesia, terdapat mushaf Al-Qur`an fenomenal yang merupakan koleksi dari Bayt Al-Qur`an dan Museum Istiqlal Kemenag. Mengapa mushaf-mushaf tersebut disebut fenomenal? Karena semuanya memiliki keunikannya masing-masing. Contohnya, ada mushaf terkecil, terbesar, dan sebagainya.
Baca Juga: Artinya Mutqin dalam Menghafal Al-Qur`an
9 Mushaf Al-Qur`an Fenomenal Koleksi Bayt Al-Qur`an dan Museum Istiqlal Kemenag
Apa saja nama mushaf-mushaf tersebut? Berikut mushaf Al-Qur`an fenomenal seperti dikutip dari kemenag.go.id
1. Mushaf Istanbul (Mushaf Terkecil)
Mushaf kecil ini disebut Mushaf Istanbul karena dahulu umumnya dicetak di Istanbul. Mushaf kecil ini berukuran 3×4 cm, 2×3 cm dan 1,5×2,5cm. Sebagian mushaf kecil bisa dibaca, sebagian lagi tidak, tergantung kualitas cetakannya. Biasanya mushaf ini diperoleh sebagai kenangan atau oleh-oleh dari ibadah haji.
2. Mushaf Wonosobo (Mushaf Terbesar)
Mushaf terbesar di Indonesia ini ditulis oleh dua orang santri Pondok Pesantren Al-Asy’ariyah, Wonosobo, Jawa Tengah. Ukuran halamannya adalah 150 x 200 cm dan memiliki berat 300 kg.
3. Mushaf Pusaka (Mushaf Kenegaraan Pertama)
Al-Qur’an ini ditulis atas prakarsa Presiden Soekarno dan merupakan mushaf resmi yang dianggap sebagai hadiah umat Islam Indonesia untuk kemerdekaan RI.
Mushaf ini ditulis oleh kaligrafer kenamaan Prof. H. Salim Fachry, guru besar IAIN Jakarta, dimulai pada 23 Juni 1948 (17 Ramadhan 1367 H) dan selesai pada 15 Maret 1950.
4. Mushaf Al-Qur`an Braile
Mushaf yang dimaksudkan untuk membantu para tunanetra belajar dan membaca Al-Qur’an. Pada awalnya penulisan Al-Qur’an Braille dipelopori oleh Yayasan Kesejahteraan Tunanetra Islam Yogyakarta (1964) dan Badan Pembinaan Wiyata Guna Bandung (1974). Pada tahun 1977 Kemenag melahirkan Al-Qur’an Braille untuk seluruh Indonesia yang kemudian ditetapkan sebagai Mushaf Al-Qur’an Standar Braille Indonesia (1984).
5. Mushaf Al-Qur`an Isyarat
Mushaf ini merupakan salah satu upaya LPMQ dalam memenuhi dan mewujudkan hak Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara Muslim untuk memperoleh kemudahan akses layanan Al-Qur’an.
6. Mushaf Kuno-Kunoan
Sejak beberapa tahun terakhir ini di Indonesia dan Malaysia ditemukan sejumlah Al-Qur’an yang dari segi tampilannya seakan-akan kuno, padahal jika diperhatikan dengan teliti akan tampak bahwa naskah tersebut adalah tulisan baru.
Pada umumnya, Al-Qur’an tersebut ditulis di atas kertas samson coklat, dengan alat tulis spidol, dan bagian pinggir naskah dibiarkan tidak rapi.
Selain dalam bentuk buku, Al-Qur’an Kuno-kunoan juga muncul dalam bentuk salinan di atas daun lontar. Dalam sejarah penyalinan Al-Qur’an di masa lalu, penggunaan daun lontar untuk menulis Al-Qur’an tidak lazim.
7. Mushaf Istiqlal (Mushaf Al-Qur`an Terindah)
Mushaf Istiqlal diambil dari khazanah ragam hias Nusantara, mulai dari Aceh hingga Papua yang terdapat pada arsitektur rumah adat, tekstil, batik, perhiasan, dan lain-lain.
Mushaf Istiqlal merupakan ungkapan baru tradisi seni suci Islam, sekaligus menjadi gambaran umat Islam Indonesia yang menyatu dan damai dalam kemajemukan etnis dan suku bangsa yang demikian banyak.
8. Replika Mushaf Tashkent (Mushaf Tertua di Dunia)
Mushaf yang dikenal dengan sebutan Mushaf Usman bin ‘Affan ini diyakini sebagai mushaf yang dikirim oleh Usman bin ‘Affan ke negeri-negeri Islam pada masa Itu.
9. Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia (Mushaf Terbanyak Dicetak)
Penggunaan Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia diputuskan oleh Menteri Agama RI pada tahun 1984. Mushaf Standar tersebut pertama kali ditulis oleh kaligrafer Ustaz Muhammad Syadzali Sa’ad pada tahun 1973-1975, dan ditulis kembali oleh Ustaz Baiquni Yasin dan tim pada tahun 1999-2001, yang merupakan wakaf dari Yayasan Iman Jama’ Jakarta melalui LPMQ Kementerian Agama RI.
Kesembilan mushaf tersebut, pada tanggal 10-14 April 2023, dipamerkan dalam acara Gebyar Nuzulul Qur`an. Acara tersebut diselenggarakan oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) Balitbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) yangg digelar di Lobby Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin, Jakarta. [Cms]