CINTA itu singkat waktunya. Penulis buku Journey to the Light @uttiek.herlambang, (13/4/2023) menulis tentang cinta yang given dan construct.
“Kuperingatkan engkau akan siksaan Allah serta kemurkaan Rasul-Nya.
Anakku, engkau jangan terpedaya oleh kecintaan orang yang telah terpesona oleh kecantikannya sendiri dengan kecintaan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Engkau sudah tahu bahwa Rasulullah tidak mencintaimu, dan kalau tidak karena aku, engkau tentu sudah diceraikan.”
Perkataan tajam itu disampaikan Umar ibn Khattab pada Hafshah binti Umar ketika ia mendengar ada selentingan ketegangan dalam rumah tangga putrinya itu.
Biduk pernikahan selalu penuh dinamika. Sekalipun pada pernikahan manusia paling mulia. Dan batas waktu pernikahan pun ternyata sangat singkat.
Tercatat pernikahan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang terlama adalah dengan ibunda Khadijah, antara 25-28 tahun. Sepanjang pernikahan itu, hanya Ibunda Khadijah seorang di hatinya.
Setelah itu, pernikahan dengan Umahatul Mukminin yang lain, tak ada yang lebih dari 13 tahun. Tersingkat adalah dengan Ibunda Zainab binti Khuzaimah.
Setahun atau dua tahun setelah menikah, Ibunda Zainab berpulang. Ada dua istri Rasulullah yang mendahuluinya, yakni Ibunda Khadijah dan Ibunda Zainab binti Khuzaimah.
Cinta Itu Singkat Waktunya
Pertimbangan pernikahan pun bukan semata soalan cinta. Sebagaimana yang diungkapkan Umar ibn Khattab pada Hafshah, putrinya.
Pernikahannya dengan Ibunda Aisyah yang disebut sebagai pernikahan paling romantis pun tidak diawali dengan cinta. Melainkan wahyu yang dibawa malaikat Jibril. Cinta baru tumbuh dan terpupuk setelahnya.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Ibunda Aisyah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan pernah bermimpi melihat malaikat menyerahkan sesuatu kepadanya di balik sehelai sutra.
Saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertanya itu apa, malaikat menjawab itu adalah istrinya. Tatkala kain sutra itu dibukanya, terlihat wajah Ibunda Aisyah.
Demikian halnya pernikahan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dengan Ibunda Zainab binti Jahsy, yang merupakan mantan istri Zaid bin bin Haritsah, putra angkat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Perintah untuk menikahi Ibunda Zainab binti Jahsy tertuang dalam QS Al-Ahzab: 37.
Baca Juga: Alasan untuk Mencintai
View this post on Instagram
Lalu, sebenarnya cinta itu given (terberi) atau construct (dibangun)? Keduanya betul.
Cinta yang given akan Allah hadirkan berupa perasaan sakinah, mawadah, wa rahmah, yang bisa didapat seiring dengan ketaatan yang dilakukan. Tanpa ketaatan pada-Nya, mustahil rasa itu akan tumbuh di hati.
Berikutnya, cinta juga harus dibangun. Karena sejatinya, ta’aruf yang dilakukan suami-istri itu berlangsung seumur hidup.[ind]