ChanelMuslim.com – "Jangan pakai micin, bang!" sering terdengar atau mengatakan kalimat itu saat memesan makanan di kaki lima. Miicn alias monosoduium glutamat (MSG), atau banyak produsen makanan kemasan menggunakan istilah mononatrium glutamat, memang kerap dianggap sebagai ‘racun’ yang bisa menganggu kesehatan tubuh kita, terutama balita dan ibu hamil. Benarkah hal tersebut?
Berikut ini adalah mitos mitos seputar micin.
1. MSG adalah bahan pengawet
Faktanya tidak ada penelitian yang menyatakan bahwa MSG adalah bahan pengawet makanan. Malahan MSG sudah digunaka selama lebih dari 100 tahun, dengan berbagai studi kelayakan dan keamanan. Konsumsi dan produksi makanan berkadar garam tinggi dan berkadar garam-glutamat tinggi, yang mengandung sodium dan glutamat, bahkan lebih lama lagi, dengan bukti produksi Keju sejak 5.500 SM ("Art of cheese-making is 7,500 years old". Nature. December 12, 2012.)
2. Konsumsi MSG dapat menurunkan intelegensi seseorang terutama berlebihan.
Dalam sebuah wawancara, ahli gizi dari University of Sydney, Leona Victoria Djajadi, mengungkap hal yang sama. Ia mengatakan jika mengkonsumsi micin tak akan membuat seseorang menjadi bodoh. Bahkan, jika dikonsumsi secara wajar, micin justru bisa memberi manfaat bagi kesehatan. Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan makan bisa menimbulkan masalah.
3. MSG dipercaya menyebabkan berbagai penyakit seperti Asma, Obesitas, Alzheimer, dll
Tahun 1987, Joint Expert Committee on Food Additives (JECFA) dari Badan Pangan Dunia milik PBB serta WHO, menempatkan MSG dalam kategori bahan penyedap masakan yang aman dokonsumsi dan tidak berpengaruh pada kesehatan tubuh. Pernyataan ini diperkuat oleh European Communities Scientific Committee for foods pada tahun 1991. Selanjutnya, Badan Penagwas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) pada tahun 1995 menyatakan bahwa MSG termasuk sebagai bahan bumbu masakan, seperti halnya garam, merica, dan gula, sehingga aman bagi tubuh.
4. Jika Hamil, Tidak boleh makan mengandung MSG
Untuk ibu hamil. Bukti klinis memang belum ada. Namun FDA mengganggap MSG aman-aman saja buat ibu hamil. Belum terbukti ibu hamil yang mengonsumsi makanan mengandung MSG akan melahirkan bayi yang mengalami gangguan kesehatan. Penelitian baru dilakukan terhadap tikus hamil yang diberi MSG bubuk dalam dosis tinggi, 4 mg/hari, yang hasilnya menunjukkan MSG mampu menembus plasenta dan otak janin menyerap MSG dua kali lipat daripada otak induknya. Sepuluh hari setelah lahir, anak-anak tikus ini lebih rentan mengalami kejang dibanding dari induk yang tidak mengonsumsi MSG. jadi mengingat apa pun yang masuk ke ibu akan diaslurkan oleh plasenta ke janin, sebaiknya ibu hamil mengurangi konsumsi MSG.
Untuk balita. Sama halnya dengan ibu hamil, seberapa gram persisnya MSG dapat membahayakan kesehatan anak belum bias dibuktikan secara klinis. Namun, melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 69/1999, Badan Pengawas Obat dan Makanan Indonesia melarang tegas penambahan MSG pada makanan pendamping ASI maupun susu formula untuk menghindari risiko gangguan kesehatan yang mungkin timbul, karena pencernaan anak-anak yang belum kuat.
Batas ambang konsumsi. Belum ada peraturan baku dunia, termasuk yang dikeluarkan oleh lembaga pangan dan kesehatan dunia (FAO dan WHO). Yang sudah bisa diketahui adalah titik optimal rasa gurih yang bisa dirasakan seseorang, yaitu maksimal 5 gram/hari. Dalam peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88, penggunaan MSG dibatasi secukupnya, tidak boleh berlebihan. Sayangnya, tidak dijelaskan secara detail berapa gram/hari yang dianjurkan.
Jadi kalau ada teman Anda yang kelewatan 'lola' atau berbuat diluar batas wajar, jangan disebut ‘Generasi Micin’ lagi ya. (Ilham)