Tren kuliner Ramadan selalu terdepan. Variasinya juga banyak. Ada menu lauk, camilan, minuman, atau makanan waralaba.
Disadari atau tidak, hal pertama dan utama yang paling banyak dicari orang Indonesia saat Ramadan adalah kulinernya.
Jangan heran jika sekitar sembilan puluh persen iklan produk di bulan Ramadan tak jauh di seputar kuliner. Dan yang besarnya di kreasi minuman. Mulai dari yang kemasan, ice cream, maupun bahan baku seperti sirop.
Kalau iklan produk minuman ini ditayangkan pada sore hari, hampir bisa dipastikan, hal itu akan menghipnotis konsumen untuk belanja produk yang diiklankan.
Peluang Tren Makanan dan Minuman Sehat
Selain makanan dan minuman umum yang biasa dikonsumsi, peluang bisnis kuliner sehat juga masih terbuka lebar.
Kuliner sehat berkembang seiring kampanye tentang pentingnya makanan dan minuman sehat di masyarakat. Dan bisa dibilang, hal itu bisa dianggap sukses. Masyarakat menerima dengan baik.
Mulai dari jenis kuliner dengan olahan bumbu alami, aneka minuman berbahan jus segar, minuman dari olahan bahan herbal, dan lainnya.
Kendala umumnya ada di dua hal: pemasaran dan modal. Pemasaran meliputi sosialisasi dan kemasan produk yang menarik.
Tentang modal, biasanya kuliner sehat berbanding lurus dengan biaya produksi yang lebih besar dari makanan dan minuman instan.
Namun, jika kuliner sehat sudah dianggap sebagai kebutuhan, maka soal harga jual sepertinya tidak lagi menjadi hambatan bagi konsumen.
Momen Cuan di Ngabuburit
Bagi UMKM yang bermodal pas-pasan, momen ngabuburit jangan dianggap sepele. Asal dapat tempat yang strategis, omset bisnis kuliner di momen ini bisa luar biasa.
Tinggal masalahnya ada pada olahan kreasi. Jangan melulu tentang kolak, es buah, lontong, dan gorengan. Coba buat kreasi camilan baru yang berbasis dari camilan tradisional. Misalnya, singkong keju, kentang goreng berbumbu, air kelapa kemasan, minuman kemasan kurma atau madu, dan lainnya.
Lirik konsumen menengah yang lebih menekankan sehat dan aman. Sehat dari bahan dan olahan. Serta aman dalam sisi kemasan.
Jadi, tren kuliner Ramadan, nyaris tak ada matinya. Selama banyak yang merasakan lapar dan haus, peluang ini selalu terbuka lebar. [Mh]