MEMBACA tanda-tanda alam merupakan bagian dari keimanan. Ada tanda di fenomena alam. Ada juga tanda dalam diri kita sendiri.
Dalam hidup ini, terdapat begitu banyak tanda-tanda atau bahasa isyarat yang perlu dipahami. Bahasa isyarat itu dimaksudkan agar kita bisa memahami pesan di balik tanda-tanda itu.
Misalnya, adanya siang dan malam. Adanya bencana alam. Adanya kelahiran dan kematian. Adanya keadaan muda dan tua. Dan seterusnya.
Tentang bencana, jangan dimaknai sekadar fenomena alam biasa. Karena hingga saat ini, sehebat apa pun pakar, belum mampu memprediksi kapan gempa akan datang. Apalagi soal besarannya.
Coba maknai ada pesan apa di balik bencana yang datang tiba-tiba itu. Apakah hanya sekadar teguran, atau sebuah isyarat kemarahan atas kedegilan kita di permukaan bumi.
Begitu pun dalam diri kita, tanda-tanda kerap datang. Misalnya, di usia tertentu akan tumbuh uban putih yang akan mendominasi rambut hitam.
Apa makna dari tanda ini? Hal ini menunjukkan sebuah pesan bahwa masa muda sudah berlalu. Tak lama lagi akan ada nuansa putih yang mendominasi tubuh kita. Yaitu, kain kafan dan kematian.
Begitu pun tanda lepasnya sejumlah memori atau ingatan. Ada tanda tulang yang mulai rapuh. Penglihatan yang mulai rabun, gigi-gigi yang terus tanggal.
Pesan-pesan tersebut mengisyaratkan agar kita segera menyiapkan diri untuk menghadapi kematian. Siapkan bekal seoptimal mungkin.
Dalam skala kolektif, ada juga tanda agar sebuah masyarakat mau mengambil pelajaran. Misalnya, fenomena seperti semut yang mati di tumpukan gula.
Artinya, ada sebuah bangsa yang makmur dan kaya hasil alamnya, tapi hidupnya susah. Ini menunjukkan hilangnya keberkahan. Banyak tapi tidak memiliki nilai tambah yang memadai.
Tanda-tanda itu tidak sekadar dipahami sebagai pesan tertentu. Melainkan sebagai introspeksi untuk melakukan amal.
Ada amal-amal yang bersifat individu seperti menikah atau menikahkan ketika tanda-tanda ba’ah atau kedewasaan sudah terlihat. Juga tentang segera menyiapkan bekal kematian tadi.
Ada juga amal yang bersifat kolektif sebagai sebuah entitas masyarakat atau bangsa. Hal ini karena azab atau teguran Allah pada suatu kaum bisa mengenai siapa saja, termasuk mereka yang soleh.
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri….” (QS. Fussilat: 53)
Cobalah belajar menyimak pesan di balik tanda di alam ini. Meskipun tidak terucap, tapi bisa menjadi pelajaran yang berharga. [Mh]