ChanelMuslim.com – Arsitektur perumahan Minang identik dengan gonjong pada atapnya, tetapi tidak hanya rumah yang yang menggunakan gonjong, beberapa Masjid juga dibangun dengan ciri khas tersebut.
Salah satunya Masjid Asasi Sigando yang dikenal dengan Masjid Asasi Nagari Gunung.
Masjid yang berusia 400 tahun ini tidak berkubah tetapi bergojong khas negeri Minang.
Masjid yang berada di Kota Padang Panjang dan salah satu cagar budaya ini dibangun di atas tanah wakaf dari Datuak Kayo secara gotong royong oleh masyarakat dari empat koto, yakni Koto Gunuang, Koto Jaho, Koto Paninjauan dan Koto Tambangan.
Masjid ini dibangun oleh salah seorang penyebar agama Islam yang berasal dari Air Bangis Pasaman.
Arsitektur masjid yang berukuran 300 meter persegi ini cukup unik. Atapnya tidak seperti mesjid yang memakai kubah, melainkan atap seng bertingkat tiga. Bangunan yang dibangun dengan struktur dari kayu ini dilengkapi dengan tiang besar di tengah-tengahnya yang juga terbuat dari kayu yang kuat.
Sementara mimbar khatib terbuat dari kayu juga.
Di bagian eksterior luar, masjid ini penuh dengan ukiran-ukiran indah khas Minangkabau.
Lantai masjid ini dibuat dari papan berpanggung, sama seperti rumah adat Minangkabau lainnya.
Masuk ke dalam mesjid, suasana teduh dan nyaman membuat pengunjung yang ingin beribadah kian merasa lebih dekat dengan Sang Khalik.
Bahan-bahan kayu yang digunakan untuk pembangunan masjid ini, diambil dari Hutan Aie Putih.
Bahkan, ditengah masjid, ada sebuah tonggak tuo yang berukuran besar. Sangat sulit dibayangkan bagaimana para masyarakat membawa kayu tersebut dari hutan.
Perubahan lainnya adalah dengan dipasangnya pagar di sekitar masjid.
Karena dipertahankannya originalitas bentuk Masjid, ukiran yang rusak pun akhirnya di benahi dan tetap memasang ukiran baru yang bentuknya sama dengan ukiran yang lama.
Pada zaman dulu, masjid ini lebih dikenal dengan surau gadang yang memiliki arti surau yang besar.
Kemudian, barulah setelah tahun 1930 masjid ini lebih dikenal dengan Masjid Asasi.
Selain memiliki 1 buah tonggak tuo yang paling besar, masjid ini memiliki 6 buah tiang penyangga.
Di ruangan belakang masjid ini, ternyata masih juga tersimpan benda-benda kuno seperti brangkas milik Belanda serta tafsir-tafsir Al-Qur’an yang masih berbahasa arab melayu.
Bentuk dari bangunan masjid ini memiliki tiga buah tingkatan atap.
Bentuk atap ini melambangan tigo tungku sajajarangan, di bagian bawah masjid juga menyerupai rumah panggung karena anda akan menaiki tangga terlebih dahulu.
Sedangkan pada bagian depan masjid yakni di halamannya, kita akan melihat bedug yang memiliki gonjong sehingga mencirikan bangunan khas Minang.
Tempat bedug seperti rangkiang, yakni tempat yang berfungsi sebagai lumbung padi.
Letak Masjid Asasi, tidak begitu jauh dari pusat Kota Padang Panjang.
Untuk mencapai lokasi masjid, kita bisa menggunakan berbagai macam kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Selain itu juga bisa ditempuh dengan kendaraan umum. Untuk yang menggunakan kendaraan pribadi, masjid ini bisa ditemukan dengan menyusuri Jalan Raya Padang-Solok.
Tempat ibadah bukan tidak mungkin untuk menjadi salah satu tujuan wisata spiritual. Apalagi jika masjid tersebut merupakan sebuah cagar budaya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Seperti halnya Masjid Asasi Sigando, masjid tertua di Padang Panjang.
Jadi, sangat disarankan bagi yang sedang berlibur atau kebetulan melintas di Kota Padang Panjang untuk berkunjung ke masjid yang bernilai sejarah ini.
Yuk! (jwt/haluan)