TAKUT kepada Allah adalah ciri orang yang beriman dan berilmu. Dan sebaliknya, mereka yang abai kepada Allah adalah yang tidak mengenal siapa Allah.
Anak kecil tidak takut dengan bos ayahnya. Hal ini karena ia tidak tahu risikonya. Ketidaktahuan membuat seseorang tidak takut dengan yang mestinya ia takuti.
Begitu pun terhadap Allah subhanahu wata’ala. Orang yang abai dengan Allah subhanahu wata’ala karena mereka tidak mengenal Allah.
Mereka begitu enteng melanggar larangan Allah. Dan, begitu santainya meninggalkan kewajiban yang Allah perintahkan.
Rasanya kita bisa bercermin dengan generasi terbaik umat ini. Yaitu, generasi para sahabat Rasulullah radhiyallahum ajma’in.
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Sekiranya Allah mengumumkan bahwa seluruh manusia pasti surga kecuali satu orang. Maka, aku paling takut kalau yang satu orang itu adalah aku.”
Begitu pun dengan apa yang pernah diungkapkan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu saat menangis menjelang ajalnya.
“Aku menangis bukan karena urusan dunia kalian. Aku menangis karena lamanya perjalananku, sementara bekalku sangat sedikit. Padahal setelah ini, aku akan diputuskan apakah akan masuk surga atau neraka,” ungkapnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Andaikan kalian mengetahui apa yang aku ketahui, maka kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis…” (HR. Tirmidzi)
Begitulah ungkapan rasa takut dari mereka yang sangat mengenal Allah subhanahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah para ulama.” (QS. Fathir: 28)
Di sisi lain, orang yang tidak merasa takut kepada Allah, tapi begitu takutnya dengan hal-hal yang sebenarnya tak perlu ditakutkan. Misalnya, takut pada setan, takut miskin, takut ditinggal kekasih, dan lainnya.
Ada kalimat bijak mengatakan, “Siapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan mencabut ketakutan kepada yang lain. Dan siapa yang tidak takut kepada Allah, maka akan tumbuh banyak ketakutan pada apa pun.”
Jadi karena ketidaktahuan kita, yang harusnya kita takuti malah diremehkan begitu saja. Sementara yang mestinya kita abaikan, justru menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. [Mh]