MELEWATI krisis dan duka cita bagi seseorang mungkin tahapan tersulit dalam hidup. Konselor Keluarga Cahyadi Takariawan menjelaskan bagaimana melewati fase tersebut tanpa menimbulkan kesedihan dan trauma.
Setiap manusia ataupun komunitas, selalu berpeluang mengalami kerentanan atau menghadapi krisis dalam kehidupannya. Andai boleh memilih, tentu kita tidak mau mengalami krisis atau kerentanan.
Pada umumnya manusia menghendaki kehidupan yang linear, yaitu selalu lebih baik dari waktu ke waktu. Hari ini lebih baik kondisinya daripada hari kemaren, dan besok kondisinya lebih baik daripada hari ini, begitu seterusnya.
Namun, seringkali krisis hadir bukan sebagai pilihan. Krisis hadir sebagai realitas keadaan, atau sebagai “paksaan“ yang mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, harus terjadi dalam kehidupan manusia.
Seperti yang tengah dihadapi banyak manusia di dunia akhir-akhir ini, dengan mewabahnya pandemi corona —yang entah akan berlangsung hingga berapa lama.
Tak ada satupun manusia sehat jasmani rohani, yang memilih hidup dengan pandemi wabah.
Respon manusia ketika melewati situasi kedukaan atau krisis sangat beragam. Setiap orang bisa berbeda, baik dalam pola, situasi maupun durasi waktu yang diperlukan sampai bisa keluar dari situasi krisis tersebut.
Baca Juga: Krisis Nilai dan Moral dalam Pendidikan Keluarga
Tahap Melewati Krisis dan Duka Cita
Meski demikian, ada pola umum yang biasa terjadi pada kebanyakan manusia, yang oleh Kubler-Ross (1969) dikemas dalam teori “The Five Stages of Grief”.
Setelah mengalami suatu krisis atau kedukaan, respon umumnya manusia dimulai dengan penyangkalan (denial), marah (anger), tawar-menawar (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance).
Sebagai contoh, saya ambil kejadian yang mudah untuk dipahami, seorang perempuan kehilangan suami yang sangat dicintai, karena sang suami meninggal dunia lantaran Covid-19.
Perempuan itu mengalami kehilangan, atau kedukaan, atau situasi krisis. Sangat berat kehilangan orang yang begitu dicintai.
Respon umumnya, ia akan melewati lima tahap kedukaan. Tugas konselor adalah mendampingi, agar lima proses itu bisa dilalui dengan cepat.
Tulisan mengenai tahapan melewati krisis dan duka cita ini akan bersambung ke bagian selanjutnya.[ind]