ADA waktu di mana Ananda cemburu kepada adiknya. Adiknya terlihat lebih bersinar sejak kecil. Sang adik lebih aktif, nilainya selalu bagus dan sering kali memenangkan kejuaraan, baik dalam bidang akademis, olah raga, pramuka dan bahkan seni.
Sebenarnya secara IQ, beda antara sang kakak dengan adiknya hanya terpisah 3 poin saja. Masih di level yang sama.
Tapi aura sang adik lebih positif, dan lebih semangat berkompetisi dibanding kakaknya yang kalem dan tidak terlalu suka tampil.
Hanya saja, perbedaan sifat ini yang mungkin menjadi penyebab besarnya perbedaan antara sang kakak dengan adiknya.
Di rumah memang, orang tua tidak pernah membandingkan atau merendahkan prestasi kakak dari adiknya.
Keduanya sama-sama pintar, tapi mungkin memang Allah kasih banyak kemudahan bagi si Adik, untuk mencapai apa yang selalu diperjuangkannya.
Dan ini, dalam kondisi tertentu, bisa jadi penyebab meruncingnya hubungan antara kakak dengan adiknya.
Baca Juga: 19 Cara Positive Parenting yang Wajib Diketahui Orangtua
Cemburu Ananda kepada Adiknya
Jadi ingat kisah Nabi Yusuf yang hubungannya menjadi sangat buruk dengan kakak-kakaknya, karena memang berbagai kelebihan yang ia miliki.
Sampai puncaknya, kakak-kakaknya tega menceburkan Yusuf kecil ke dalam sumur, dan membuatnya terpisah dari keluarga selama bertahun-tahun lamanya.
Nauzubillah min zaalik, jangan sampai anak-anak kita memiliki rasa cemburu, yang membuat mereka saling membenci dan bertikai.
Dalam kaca mata psikologi, memang pembahasan rasa cemburu di antara sesama saudara ini dibahas dalam istilah sibling rivalry.
Persaingan antar saudara kandung (juga saudara tiri dan adopsi), terutama dalam merebut perhatian dari orang tua.
Sejak kecil, konflik-konflik yang terjadi pada anak, mungkin saja disebabkan rasa cemburu yang besar ini. Karena kebutuhan setiap anak untuk diperhatikan dan diperlakukan secara istimewa oleh kedua orang tuanya.
Orang tua yang peka dan paham dengan bahaya dari sibling rivalry, akan berusaha membagi perhatian dengan adil, sesuai porsinya masing-masing kepada semua anak.
Artinya, setiap anak punya kebutuhan yang berbeda, jadi ortu perlu jeli melihat dan memenuhi kebutuhan anak.
Kedua, jangan pernah merendahkan salah satu anak, apa lagi dengan membandingkan dengan saudaranya yang lebih sukses.
Karena setiap anak punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Mungkin sang adik lebih hebat dalam prestasi akademik, tapi mungkin sang kakak lebih sabar dan lebih tangguh dalam menghadapi tantangan dan kegagalan dalam setiap langkahnya.
Terakhir, perlu ditanamkan ke dalam pikiran anak, bahwa setiap orang punya rizki masing-masing. Tidak usah iri dengan apa yang dimiliki orang lain, karena rizki setiap orang tidak akan tertukar.
Sudah ada porsinya dari Allah Sang Maha Pemberi Rizki. Tidak akan bertambah, atau berkurang.
Banyak-banyaklah bersyukur dengan apa yang kita capai, dan fokuslah dengan target pribadi kita. Insya Allah hidup kita akan lebih lapang dan berkah.[ind]
Penulis: Hifizah Nur, M.Ed. (Dosen Psikologi Universitas Mercu Buana, Ketua Hikari Parenting School)