PRANCIS menangis. Ini yang diharapkan oleh para suporter Maroko pada pertandingan semifinal Piala Dunia 2022 antara Maroko versus Prancis, (15/12/2022).
Seorang influencer Twitter asal Palestina, Mahmoud Al Hasanat meminta para suporter Maroko dan juga seluruh suporter sepak bola Muslim yang berada di Qatar untuk menunjukkan rasa cinta dan hormat pada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selama pertandingan semifinal tim nasional Maroko melawan Prancis di Stadion Al Bayt di Al Khor.
“Saya berharap mendengar dari suporter Maroko di pertandingan Prancis lawan Maroko bershalawat untuk Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam,” cuitnya seperti dilansir Morocco World News. [Republika, 14/12].
MasyaAllah.
Penulis buku Journey to the Light Uttiek M. Panji Astuti dalam akun IG-nya @uttiek.herlambang menulis bahwa dukungan terhadap Maroko tidak hanya datang dari umat Islam sedunia.
Namun juga dari orang Prancis sendiri.
Seperti yang ditunjukkan Herve Renard, pelatih tim nasional Arab Saudi.
“Saya orang Prancis, saya memiliki paspor Prancis, tetapi saya mendukung Maroko,” kata Renard, seperti dikutip Getfootballnewsfrance.com.
Renard lahir di Aix-les-Bains, Prancis. Namun kariernya malang melintang di Afrika. Pada 2016-2019, ia sempat menjadi pelatih tim nasional Maroko.
Tak heran, kalau kecintaannya pada tim sepakbola Maroko lebih besar ketimbang squad Prancis, karena adanya ikatan emosional.
Baca Juga: Pemain Maroko Ajarkan Dunia tentang Bakti pada Ibu
Prancis Menangis, Maroko Bershalawat
View this post on Instagram
Bukan sebuah kebetulan kalau di laga yang ditunggu jutaan penonton di dunia malam ini, Presiden Prancis Emmanuel Macron diagendakan akan menghadiri pertandingan tersebut secara langsung.
Selama ini, Macron dikenal sebagai presiden dengan kebijakannya yang sangat Islamphobia. Bermacam undang-undang dikeluarkan pemerintahannya demi memberangus kebebasan kaum Muslimin menjalankan syariat-Nya.
Mulai dari pelarangan memakai hijab di tempat umum. Penutupan masjid-masjid. Penangkapan para imam. Hingga aturan penyediaan makanan di kantin sekolah yang sangat menyulitkan siswa Muslim.
Di masa pemerintahannya juga pernah terjadi demonstrasi besar-besaran membela tabloid Charlie Hebdo.
Seperti diketahui, berulang media satire ini menurunkan gambar kartun yang menghina Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan umat Islam dengan dalih kebebasan bersuara.
Ribuan orang berjalan di jalanan Paris sambil meneriakkan, “Je suis Charlie” (Saya Charlie).
Selama masa pemerintahannya pula sentimen anti Islam meningkat tajam di Prancis.
Kepala National Observatory of Islamophobia, Abdallah Zekri, mengungkapkan, sepanjang tahun 2020 terdapat 235 serangan terhadap Muslim di Prancis.
Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun 2019 yang mencatatkan 154 kasus penyerangan.
Serangan terhadap masjid pun melonjak 35 persen dibandingkan dengan 2019. Sebanyak 70 surat ancaman dikirim ke markas besar atau pengurus French Council of Muslim Worship (CFCM) tahun lalu.
Padahal, Prancis merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar di Eropa yang memiliki 6 juta penduduk Muslim.
Saya membayangkan bagaimana masamnya muka Macron nanti malam bila dari dalam stadion raksasa itu benar terdengar gemuruh lantunan shalawat.
“Alahumma salli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.”
Namun, kita menyaksikan Maroko akhirnya dikalahkan oleh Prancis 2-0. Meskipun demikian, mereka tetap bersujud seraya berucap “Alhamdulillah ‘ala kulli haal”.[ind]