CINTA itu biasanya baru tersadar belakangan. Sungguh ini adalah perjalanan yang berkesan. Malam ini kami berpisah dari 43 orang peserta Education Journey.
Ada yang tinggal di apartemen. Ada yang tinggal di boarding sekolahan. Ada juga yang menginap di hotel. Aku sendiri menginap di hotel tua yang cantik, yang didirikan sejak tahun 1917.
Guru-guru berkata, “Apartemennya bagus, Mam. Anak-anak selama belajar 2,5 bulan di Turki, mereka akan tinggal di apartemen. Katanya mereka sangat excited.”
Aku menjawab, “Alhamdulillah, kalau anak-anak senang Mam bahagia dan bisa pulang duluan untuk melepas mereka belajar sendiri di sini.”
“Kalau kasurnya bersih, Mam mau tuh tidur di situ, di apartemen anak-anak.”
Enggak enak sendirian. Hehe. Enggak ada bau daun salam, daun jeruk dan lain-lain. Enggak ada yang ketuk-ketuk pintu di pagi hari, mengantar bumbu dan mengirim beras.
Enggak ada anak-anak yang antre depan pintu kamar ketika jam makan dengan wajah menanti.
Enggak ada guru yang siap membantu masak tapi terkantuk-kantuk. Enggak ada Ustaz Auf yang ketuk-ketuk pintu di belakangnya Ustaz Badru yang membawa jus dan laptop untuk Mam.
Enggak ada lisrik yang panjang melintang yang harus dicabut cepat-cepat karena khawatir korslet.
Enggak ada handuk basah yang menutupi uap bau semur daging. Enggak ada kering kentang yang berceceran di karpet.
Ternyata 5 hari kemarin dari Bursa sampai Canakale bukan hanya anak-anak yang berkesan, prinsipal pun berkesan.
Baca Juga: 3 Pesan Mam Fifi untuk Lulusan Jakarta Islamic School
Cinta itu Biasanya Baru Tersadar Belakangan
Enggak ada anak-anak yang naik ke atas tempat tidur prinsipal setelah selesai makan sup. Dan berjinjit keluar satu-satu kembali ke kamar agar tidak dimarahi petugas hotel.
Enggak ada jendela yang dibuka lebar-lebar dan udara dingin menampar wajah demi menghilangkan bau opor ayam di kamar hotel.
Enggak ada anak-anak yang makan malamnya minta tambah tapi kuahnya saja setelah putaran piring yang ke-43. Semuanya berkesan. Lima hari yang berkesan.
Oh, aku tahu kenapa di bis tadi anak-anak pada menyanyikan lagu perpisahan.
Ternyata kompak ber-45 orang itu dalam berbagai hal selama journey tahap satu sungguh mengesankan. Mereka belum siap dipisahkan per apartemen. Senangnya meriung satu kumpulan.
Ya beginilah hidup. Tidak mesti yang mewah dan sendiri itu menyenangkan. Terkadang yang beramai-ramai dengan aroma rendang itu membuat hati senang.
Cinta itu biasanya baru tersadar belakangan. Sungguh ini adalah perjalanan yang berkesan.
Opor ayam dan semur daging kentang sebagai bentuk kasih sayang. Mereka tahu kalau disayang. Semuanya menurut ikut aturan. Subhanallah.
Curhat principal di waktu malam. Ketika tidur sendirian. Di bawah ini apartemennya anak-anak JISc dan JIBBS selama 2,5 bulan belajar bahasa, khasanah dan kedisiplinan di Turki. Anak-anak tilawah sebelum tidur.
Rasulullah bersabda, “Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musyafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat lalu musyafir tersebut pergi meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi)
(Catatan Mam Fifi, Februari 2019)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D. (Oklahoma, USA)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: