PERJALANAN hidup merupakan rangkaian waktu dan susah senang di dalamnya. Semakin lama perjalanan, mestinya semakin matang seseorang.
Waktu merupakan salah satu bagian dari perjalanan hidup kita. Ada hari, pekan, bulan, dan tahun.
Akumulasi waktu itu membesar seperti spiral. Yang kerap kita rasakan seolah putaran dari tujuh hari dan dua belas bulan.
Dari Senin ke Ahad, kemudian balik lagi ke Senin. Dari Januari ke Desember, kemudian balik lagi ke Januari. Seperti sebuah lingkaran yang membawa kita ke titik-titik tertentu dalam perjalanan hidup ini.
Hari berganti pekan, pekan berganti bulan, dan bulan membentuk tahun. Tanpa terasa, usia menunjukkan lama waktu perjalanan hidup kita yang tidak sebentar.
Selama perjalanan itu, seribu satu peristiwa kita rasakan. Ada susah yang diiringi sedih dan gelisah. Ada senang yang diiringi dengan tawa dan bahagia.
Seribu satu pengalaman hidup itu seperti tempaan sehingga jiwa seseorang membentuk sesuatu. Ya, sesuatu yang mematangkan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “…Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir. Padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan. Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.” (QS. 35: 37)
Ayat ini memiliki pengaruh yang begitu dahsyat untuk para sahabat Rasul dan generasi setelah mereka. Jika usia mereka sudah mencapai 40 tahun, mereka pun memaksa pola hidupnya secara drastis.
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, ‘Dinukilkan dari para warga Madinah (saat itu), jika salah satu dari mereka sudah mencapai usia 40 tahun, maka itulah saatnya untuk meningkatkan dirinya dalam ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala.’
Imam Malik mengatakan, “Saya mendapati para ahli ilmu di daerah kami dalam mencari dunia dan ilmu serta interaksi dengan banyak orang. Saat memasuki usia 40 tahun, mereka memilih untuk banyak beribadah hingga ajal menjemput.”
Imam Ibnu Katsir menafsirkan, “Dalil-dalil tersebut merupakan tuntunan agar seseorang yang sudah menginjak usia 40 tahun untuk senantiasa memperbarui taubatnya dan kian mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala.”
Bertambahnya usia seseorang, meskipun belum mencapai 40, mestinya kian mematangkan dirinya. Seorang ayah atau ibu akan jauh lebih bijak dari anak-anaknya. Seorang kakak menjadi lebih matang dari adik-adiknya.
Begitu pun dalam sebuah organisasi. Para senior mestinya jauh lebih bijaksana dari para juniornya. Di situlah terdapat keteladanan.
Inilah perjalanan hidup yang tidak boleh berlalu begitu saja. Jangan sampai perilaku seseorang tidak pernah berubah. Ia merasa seolah tetap seperti remaja selamanya. [Mh]