DUNIA ini sangat terbatas. Kita bergerak dari satu titik, dan akan kembali lagi ke titik itu.
Semua dalam hidup ini menyajikan keterbatasan. Setelah melampaui puncak, kita akan turun dan kembali ke titik nol.
Itulah yang kita rasakan dalam hidup keseharian. Kita terbiasa hidup dalam keterbatasan dan sebuah putaran. Jam hanya 12, hari hanya 7, bulan hanya 12, dan seterusnya.
Setelah melalui jam 12, maka kita akan kembali ke jam 1. Setelah melalui hari Sabtu, maka kita akan kembali ke hari Ahad. Setelah melalui bulan Desember atau Zulhijjah, maka kita akan kembali ke Januari atau Muharam.
Itulah lingkaran kehidupan. Dan seperti itulah alam raya ini didesain dalam bentuk lingkaran. Dari titik nol, akan kembali lagi ke titik nol.
Begitu pula usia hidup kita. Kita terlahir dalam keadaan telanjang, lemah, dan butuh bantuan orang lain. Begitu pula kelak akhir yang akan dialami setiap orang: telanjang atau kafan, tak berdaya, dan butuh bantuan orang lain untuk dikuburkan.
Boleh jadi, persis seperti hamster di sebuah putaran mainan. Ia merasa seperti terus berlari dengan sekuat tenaga, tapi pada hakikatnya hanya melalui sebuah putaran yang tidak pernah bergerak. Hanya berputar saja. Wallahu a’lam.
“Dan siapa yang Kami panjangkan umurnya, niscaya Kami akan kembalikan dia kepada awal kejadiannya. Maka mengapa mereka tidak mengerti?” (QS. 36: 68)
Jadi, yang penting dalam hidup ini bukan seberapa jauh kita melalui perjalanan. Tapi seberapa besar kita memaknai perjalanan itu.
Karena jauh atau dekat sebuah perjalanan hidup tidak akan berarti apa-apa, jika nilainya nol. Hanya sekadar aktivitas makan dan minum, bangun dan tidur, senang dan susah, bahagia dan sedih, dan seterusnya.
Nilai hidup itu adalah ibadah. Yaitu, bagaimana memfokuskan energi yang diperoleh untuk patuh dan tunduk dalam gerakan yang berpusat pada Allah subhanahu wata’ala.
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, untuk Allah subhanahu wata’ala. Tidak ada sekutu bagi-Nya.”
Allah yang memberikan kehidupan, dan Allah pula yang mengambilnya. Allah telah mengajarkan manusia, mana yang baik dan yang buruk. Mana yang harus dilakukan dan mana yang dihindari.
Selagi kita masih dalam gerak putaran kehidupan, fokuskan hati untuk senantiasa menghadap Allah. Bukan menghadap ke kehidupan itu sendiri, karena hal itu akan membuat kita pusing dan bingung.
Tapi jangan pernah diam, teruslah bergerak selagi masih ada jatah usia yang tersisa. Mintalah kepada Allah apa yang kita inginkan, karena itulah yang Allah perintahkan. [Mh]