MENGULAS ledakan bom di Jalan Istiklal, Istanbul, Turki, pada (14/11) kemarin, Travel Writer Uttiek M. Panji Astuti menulis tentang Memori di Istiklal Caddesi.
Ambulans bergegas ke tempat kejadian di Jalan Istiklal yang padat. Polisi dengan cepat menutup area pemboman. Jalan Istiklal terletak di distrik Beyoglu, Istanbul.
Wilayah ini selalu ramai pada akhir pekan oleh turis maupun warga Istanbul.
Rekaman video yang diperoleh Reuters menunjukkan, terjadi ledakan bom di wilayah itu pada pukul 16.13 waktu setempat. [Republika, 14/11]
Keonaran kembali mengusik bumi, kali ini Turkiye yang menjadi sasarannya. Tak kurang delapan orang meninggal dan 81 luka-luka akibat ledakan bom itu.
Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Berita itu membawa ingatan saya ke sore yang dingin di tengah salju di kawasan Istiklal Caddesi atau jalan Istiklal, Taksim Square.
Kalau area Sultanahmet terkenal sebagai kota tua dengan bangunan-bangunan bersejarahnya seperti Masjid Aya Sofiya, Masjid Sultan Ahmed atau Blue Mosque, Istana Topkapi.
Sebaliknya, kawasan Taksim Square adalah simbol Turki modern.
Istiklal Caddesi lokasi terjadinya pengeboman itu semacam Orchard Rd di Singapura. Berderet toko-toko kenamaan dunia, restoran, kafe, bioskop, hingga pertunjukan musisi jalanan menyesakinya.
Dahulunya, tempat ini adalah wilayah kuno era Yunani yang bernama Pera, dalam bahasa Yunani artinya “seberang” karena posisinya yang memang berada di seberang Golden Horn.
Penduduk lokal menyebut area ini dengan nama Beyoğlu, yang artinya “anak pemimpin”, karena pada masa Sultan Beyazid II ada seorang anak duta besar Venesia yang lahir di tempat ini.
Sepotong jalan Istiklal Caddesi menjadi sangat menarik, karena masih terdapat trem yang aktif melintasi jalan ini.
Trem berwarna merah ini mengingatkan pada salah satu novel berjudul Murder on the Orient Express, yang ditulis oleh Agatha Christie, yang kebetulan salah satu setting-nya melintasi Istanbul.
Lokasi stasiun Orient Express pun masih ada sampai sekarang. Trem sebagai alat transportasi massal mulai digunakan di Istanbul pada 1915, dan pernah ditutup selama 24 tahun.
Baca Juga: Rumah Sakit Negara di Istanbul Merawat Anak yang Tidak Sakit
Memori di Istiklal Caddesi
View this post on Instagram
Pada 1990, trem dipergunakan kembali untuk kepentinganpariwisata dengan mengambil rute Istiklal Caddesi ke Tünel Square, yang dikenal dengan nama Nostaljik Tramway.
Menariknya, Tünel adalah terowongan bawah tanah untuk funikuler, semacam trem khusus untuk jalur menanjak atau menurun, layaknya lift yang kita kenal sekarang.
Mulai 1992, trem sepenuhnya difungsikan kembali sebagai moda transportasi massal yang diandalkan warga Istanbul karena antimacet dan murah, tiketnya hanya 1,95 TL (tak sampai Rp2.000).
Doa yang mendalam untuk para korban dan saudara-saudara kita di Istanbul, semoga Allah menyembuhkan segera.[ind]