ISLAM itu dirancang untuk bisa memberi kepada orang banyak. Bukan sebaliknya, menerima dari orang banyak untuk diri sendiri.
Islam dirancang untuk memakmurkan bumi ini dan menjadikan kebaikan umat manusia. Bukan sekadar menjadi penyelamat dalam skala individu dan kelompok.
Seperti itulah doktrin yang Allah sampaikan terhadap kelahiran umat terbaik yang dinisbatkan kepada umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
“Kalian (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” (QS. Ali Imran: 110)
Dari sini bisa dilihat bahwa umat Islam itu bukan sekadar berkiprah untuk diri sendiri. Melainkan dalam jangkauan yang luas: umat manusia seluruhnya.
Kiprah Dakwah
Ciri umat terbaik itu selalu berkiprah dalam dakwah. Yaitu, mengajak umat manusia kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.
Kiprah dakwah ini tidak melulu dalam bentuk wejangan. Melainkan membumi dalam bentuk kongkrit sebagai jawaban kebutuhan umat manusia. Mulai dari keyakinan, ibadah, juga tentang ekonomi dan pendidikan.
Bisa dibilang, wajah dunia saat ini yang penuh dengan inovasi dan teknologi merupakan peran besar dari umat Islam sejak abad pertengahan.
Merekalah yang menemukan dan mengembangkan dasar-dasar teknologi saat ini. Mulai dari ilmu sains dan teknologi, kesehatan, pendidikan, sosial, bahkan tentang seni.
Barat saat itu dan juga belahan bumi lainnya tak lebih dari kumpulan manusia yang disibukkan dengan tahayul. Ada yang sibuk di dunia sihir, saling berperang, dan lainnya.
Mereka pun akhirnya mengenal siapa Ibnu Sina dengan ilmu anatomi tubuh manusia. Al-Khawarizmi dengan ilmu matematika, astronomi, dan astrologi. Al-Khawarizmilah yang pertama kali mengajarkan ilmu algoritma yang saat ini masih menjadi puncak sains dunia.
Tentu masih sederet dai lain yang telah begitu banyak berkiprah untuk umat manusia. Mereka menyebar ke seluruh belahan dunia. Bukan ingin mendapatkan sesuatu, tapi untuk memberikan banyak hal. Termasuk ke Indonesia.
Belajar dari NU dan Muhammadiyah
Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua ormas besar Indonesia yang berkiprah lebih dari satu abad. Sudah tidak lagi terkira berapa besar jasa mereka untuk bangsa ini.
Para pendiri dan tokoh ormas ini telah mewakafkan diri mereka untuk kebaikan umat. Seperti yang pernah diwasiatkan KH Ahmad Dahlan, kira-kira, “Jangan berpikir untuk hidup dari Muhammadiyah, tapi berpikirlah untuk menghidupkan Muhammadiyah.”
NU dan Muhammadiyah berkiprah dalam sisi yang berbeda, dan saling melengkapi. Saat ini sudah ada 380 lebih pesantren yang dikelola Muhammadiyah. Tapi dibandingkan NU, jumlah itu belum seberapa. Karena NU mengelola puluhan ribu pesantren di seluruh tanah air.
Di sisi lain, Muhammadiyah unggul dalam menyediakan sarana kesehatan umat. Setidaknya, sudah 119 rumah sakit yang telah dikelola Muhammadiyah di seluruh Indonesia. Selain itu, ada 173 perguruan tinggi Muhammadiyah.
Islam sekali lagi, tidak dirancang untuk menerima sesuatu dari umat manusia. Sebaliknya, menjadi maslahat untuk semuanya. [Mh]