JAY Palfrey seorang travel blogger telah memutuskan masuk Islam pada tahun 2020. Padahal sebelumnya ia mengganggap Islam adalah agama yang mengajarkan kekerasan dan sarang teroris. Persepsi ini ia dapatkan dari pemberitaan buruk media di barat semenjak insiden 9 September 2001.
Jay memeluk Islam di usia 24 tahun. Ia pria asal UK, dari kota kecil di wilayah barat daya Inggris. Kesenangannya dalam traveling ini khususnya ke negeri-negeri muslim membuat padangannya terhadap Islam berubah. Ia melihat bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian.
Setelah masuk Islam ia juga mengungkapkan bahwa tujuan dirinya traveling, selain sebagai hobi, adalah mengubah persepsi negatif tentang muslim di seluruh dunia.
“I hopefully Inshaallah will change the negative percepsions about muslim all across the world. I post on youtube and my instagram all the positive things about the culture, the food, the people, the way of life to change perception back in the UK and America percepsions about muslim incredibly negative,” ungkap Jay dalam Channel Youtube Towards Eternity.
Baca Juga: Andrew Tate, Influencer Kontroversial Ungkap Dirinya Telah Masuk Islam
Muallaf Jay Palfrey, Travel Blogger yang Ingin Merubah Persepsi Negatif Dunia Tentang Muslim
Saat ia melakukan perjalanan ke Istanbul dan Irak serta bertemu dengan muslim membuatnya tergerak untuk mempelajari Islam lebih dalam. Hal ini terjadi padanya di usia sekitar 22 tahun.
Selama masa lockdown akibat pandemi ia menyempatkan diri membaca Al-Quran, mempelajari Islam lebih dalam dan menjauhkan diri dari pemberitaan buruk media barat khususnya di Inggris tentang Islam.
Dia juga sempat mengambil gelar master dalam bidang Jurnalisme Internasional dan belajar tentang media serta bagaimana media (barat) sepenuhnya salah dalam memberitakan tentang Islam.
Akibat rasa ingin tahunya yang tinggi terhadap suatu hal, terutama Islam, membuat Jay pada akhirnya memutuskan untuk mengucapkan syahadat di masjid Suleymaiye, Istanbul, dan ia merasakan kebahagian dan kedamaian yang paling besar yang belum pernah ia rasakan sebelumnya selama hidup.
Dahulu Jay adalah seorang atheis yang merasa hidupnya tidak berarti. Ia tidak percaya adanya tuhan dan memandang hidup ibarat hanya berwarna hitam dan putih saja. Setelah memeluk Islam ia dapat melihat beragam warna di kehidupan dan merasa sangat bahagia.
Selama menjalani keyakinannya yang baru dan terus memperdalam ajaran Islam ia mengaku mengalami kesulitan, karena ia harus menjalaninya sendiri dalam situasi pandemi dan lockdown.
Namun, beberapa larangan syariat Islam baginya cukup mudah untuk dihindari seperti menjauhi pacaran, makan babi, dan minum alkohol. [Ln]