SAHABAT, tahukah kamu bahwa sebenarnya Allah itu dekat? Dijelaskan oleh Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. yang menukil Surat Al-Baqarah ayat 186.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat.
Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)
Redaksi ayat ini berbeda dengan ayat-ayat lain yang serupa, yaitu dengan membuang kata قل (katakanlah).
Sedangkan dalam ayat-ayat lain disebutkan kata قل (katakanlah), seperti ayat berikut:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ ۖ قُلْ قِتَالٌ فِيهِ كَبِيرٌ
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, “Berperang pada bulan itu adalah (dosa) besar…”. (al-Baqarah: 217)
Demikian pula pada surat al-Baqarah: 219, 222, 189 dan ayat-ayat lainnya.
Baca Juga: Ucapan yang Paling Dibenci Allah adalah Urus Dirimu Sendiri
Allah itu Dekat
Ini karena pertanyaan pada ayat ini tentang Allah. Allah langsung menjawab, “Maka sesunguhnya Aku dekat”.
Hal ini menurut sebagian ulama untuk memberitahukan bahwa antara Allah dan hamba-Nya tidak ada hijab dan perantara. Ia bisa langsung berkomunikasi dan bermunajat kepada-Nya tanpa mediator.
Kapan pun dan siapa pun bisa langsung datang kepada-Nya tanpa perlu mediator, baik penjahat yang berlumuran dosa atau wali Allah yang saleh.
Orang kaya atau miskin. Orang awam atau orang alim. Dengan bahasa apa pun. Baik bahasa orang bodoh atau bahasa sastrawan.
Semuanya sama, diterima Allah langsung. Karena Allah sangat dekat. Bahkan lebih dekat dari apa yang kita bayangkan.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ ۖ وَنَحْنُ اَقْرَبُ اِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِ يْدِ
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (Qaf 50: Ayat 16)
Untuk datang kepada Allah tidak memerlukan sesajen apa pun:
وَجَعَلُوْا لِلّٰهِ مِمَّا ذَرَاَ مِنَ الْحَـرْثِ وَالْاَنْعَا مِ نَصِيْبًا فَقَا لُوْا هٰذَا لِلّٰهِ بِزَعْمِهِمْ وَهٰذَا لِشُرَكَآئِنَا ۚ فَمَا كَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلَا يَصِلُ اِلَى اللّٰهِ ۚ وَمَا كَانَ لِلّٰهِ فَهُوَ يَصِلُ اِلٰى شُرَكَآئِهِمْ ۗ سَآءَ مَا يَحْكُمُوْنَ
“Dan mereka menyediakan sebagian hasil tanaman dan hewan (bagian) untuk Allah sambil berkata menurut persangkaan mereka, ini untuk Allah dan yang ini untuk berhala-berhala kami.
Bagian yang untuk berhala-berhala mereka tidak akan sampai kepada Allah, dan bagian yang untuk Allah akan sampai kepada berhala-berhala mereka. Sangat buruk ketetapan mereka itu.” (Al-An’am: 136)
Rahmat dan ampunan Allah sangat luas. Sebesar apa pun dosa seseorang, Allah tetap menerimanya jika dia datang kepada-Nya untuk bertobat.
Kapan pun dia bisa datang kepada-Nya langsung. Karena Allah sangat dekat dengan hamba-Nya.[ind]
Sumber: https://t.me/robbanimediatama