DALAM menjalankan dakwahnya, Rasulullah berhadapan dengan beragam tantangan. Mulai dari tantangan internal hingga eksternal. Salah satu tantangan eksternal yang dihadapi Rasulullah adalah tantangan atas sistem kekuasaan bangsa Arab.
Sebagaimana disampaikan oleh Ustaz Asep Shobari, pendiri Sirah Community Indonesia, bahwa dahulu di Mekkah belum ada sistem pemerintahan. Saat itu yang mengikat setiap orang adalah kabilahnya, bukan pemerintahan.
Artinya setiap keputusan satu kabilah tidak bisa mengikat kabilah lainnya. Seperti, keputusan Abu Jahal dari Bani Maghzum tidak bisa mengikat Abu Sufyan dari Bani Abdu Syams.
Baca Juga: Dukungan Keluarga Rasulullah Selama Dakwah Periode Mekkah
Sistem Kekuasaan Bangsa Arab Selama Dakwah Periode Mekkah
Jiwa masyarakat Arab adalah jiwa yang independen. Mereka tidak mau dipimpin kelompok lain, namun mereka memiliki kebutuhan membangun sistem sosial untuk kepentingan kota, maka yang ada hanyalah kesukuan.
Suku Quraisy adalah suku yang ada di Mekkah, namun tidak ada pemerintahan kesukuan. Bani adalah satuan terkecil dari sistem sosial yang ada.
Namun demi kebaikan bersama, tiap bani memiliki wakil untuk membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan kota.
Inilah yang disebut dengan sistem kekuasaan atau sistem sosial dengan pusatnya di Darun Nadwah.
Selama dakwa di Mekkah, Rasulullah bersentuhan langsung dengan para bani ini, termasuk juga dengan kelompok-kelompok Arab di luar Mekkah.
Dengan adanya persentuhan dengan orang di luar Mekkah inilah orang-orang Quraisy merasa berkepentingan untuk menghadapi sikap Rasulullah dengan mengirim tiap utusan dari bani-bani menuju Darun Nadwah.
Persentuhan dengan orang Arab di luar Mekkah ini, menjadi alarm bagi Quraisy atas sistem kekuasaan mereka.
Disinilah Rasulullah menghadapi tantangan dakwah berupa sistem kekuasan atau sosial orang-orang Quraisy.
Maka jika kita melihat keberhasilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam membangun sebuah sistem pemerintahan di Jazirah Arab dengan karakter bangsa Arab tersebut, menjadi sorotan yang luar biasa.
Kita bisa mengambil contoh lain tentang karakter yang sangat melekat dari bangsa Arab ini, dimana mereka tidak suka dipimpin oleh kelompok lain.
Saat Rasulullah wafat, dan berita sampai ke telinga Abu Quhafah, ayah Abu Bakar Ash-Shiddiq, ia mengkhawatirkan respon Bani Bani Maghzum dan Bani Abdu Syams atas terpilihnya Abu Bakar menggantikan posisi kepemimpinan Rasulullah.
Abu Quhafah dan Abu Bakar berasal dari Bani Tamim, yang tidak memiliki pengaruh kekuasaan sebesar Bani Maghzum dan Bani Abdu Syams.
Walaupun pada akhirnya, kita tahu bahwa masyarakat Arab saat itu menerima Abu Bakar sebagai pemimpin mereka. Hal ini karena jiwa keislaman mereka telah terbentuk.
Demikianlah gambaran umum bagaimana sistem kekuasaan di Mekkah pada saat itu, yang menjadi salah satu tantangan Rasulullah dalam berdakwah. [Ln]