AGUSTUS menjadi bulan bersejarah buat bangsa Indonesia. Ada kenangan tak ternilai di situ. Yaitu, lahirnya Indonesia.
Sudah menjadi rutinitas tahunan di momen Agustusan. Bangsa Indonesia merayakan dan memperingati hari kemerdekaannya.
Berbagai acara pun diselenggarakan. Ada yang mengadakan aneka lomba, pentas drama dan seni, tapak tilas, ziarah ke makam pahlawan, dan lainnya.
Pendek kata, segala peringatan dan acara itu dimaksudkan agar bangsa Indonesia khususnya generasi muda bisa ikut memaknai nilai kemerdekaan.
Nilai Kemerdekaan dan Kepahlawanan
Kemerdekaan bangsa Indonesia tidak bisa dilepas dengan nilai kepahlawanan. Mungkin mirip seperti dua muka dalam koin yang sama.
Kemerdekaan bukan sebagai hadiah seperti di negara-negara persemakmuran. Tapi buah dari perjuangan para pahlawannya. Ada tebusan darah dan air mata di situ.
Yang dipahami dari kemerdekaan bukan sekadar terbebas dari penjajahan. Tapi juga tegaknya martabat atau kehormatan bangsa melalui ‘tangan’ anak bangsa sendiri.
Dari sinilah tersedia keadilan sosial, kemakmuran, kemajuan, dan kesinambungannya regenerasi kiprah anak bangsa untuk bangsanya sendiri.
Begitu pun tentang nilai kepahlawanannya. Nilai ini tentu tidak berhenti di tahun 1945, tapi terus menjadi peristiwa yang dibanggakan. Ada pahlwanan di dunia tentara, guru, dokter, dan lainnya.
Kata pahlawan sendiri diambil dari kata ‘pahala’. Yang artinya, mereka yang berjuang tanpa pamrih, kecuali mengharapkan pahala dari Allah subhanahu wata’ala.
Hal ini karena semangat perjuangan di masa lalu adalah pertempuran. Dan Islam mengajarkan bahwa mati paling mulia adalah syahid demi menegakkan tauhid dan kemuliaan bangsa.
Ulama mengajarkan bahwa tidak ada pahala yang lebih tinggi dari mereka yang syahid dalam pertempuran membebaskan tanah air. Dari situlah para syuhada bangsa ini disebut sebagai pahlawan.
Kemerdekaan dan Kepahlawanan Saat Ini
Kemerdekaan boleh jadi bukan lagi istilah yang berlaku di masa lalu. Saat ini pun nilai kemerdekaan menjadi sangat relevan.
Penjajahan dalam bentuk penguasaan senjata memang sudah tidak ada lagi. Tapi, penguasaan asing terhadap tanah air mungkin masih ada di bidang yang lain. Terutama di bidang ekonomi.
Hal ini karena inti dari penjajahan bukan sekadar penguasaan itu. Tapi lebih kepada perampasan kekayaan tanah air untuk kepentingan luar. Sehingga rakyat menjadi hidup miskin di tengah kekayaan alam tanah airnya.
Dengan begitu, kepahlawanan juga menjadi sangat relevan saat ini. Tentu bukan lagi dalam bentuk pertempuran bersenjata. Tapi dalam ‘pertempuran’ lain yang bobot pengorbanannya juga besar.
Di antara mereka ada para guru yang terus berjuang mencerdaskan bangsa. Ada tentara dan polisi yang rela mengorbankan nyawa untuk pertahanan dan keamanan. Ada ulama yang berjuang menegakkan akhlak bangsa, dan lainnya.
Perjuangan dan nilai kepahlawanan seperti itu sama sekali tidak berkurang di banding di masa perang lalu. Di sinilah terjadinya kesinambungan regenerasi perjuangan bangsa.
Indonesia memang sudah merdeka. Para pahlawanya pun sudah terbaring di pemakaman bersejarah. Tapi, semangat untuk terus merdeka tentu tidak boleh pudar, seiring semangat untuk menjadi pahlawan bagi generasi muda. [Mh]