MENCINTAI dan membenci karena Allah berkaitan erat dengan keimanan seseorang. Itu karena rasa nyaman, solid, percaya kepada saudara sesama muslim menggerakkan amal-amal kebaikan. Keberanian menjadi satu karena ada dukungan satu sama lain.
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (متفق عليه)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.’ (Muttafaqun Alaih)
Berkaitan dengan hadis di atas Ustaz Rikza Maulan, Lc, M.Ag memberi penjelasan terkait Takhrij Hadis dan Hikmah Hadis:
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya, Kitab Al-Iman, Bab Minal Iman An Yuhibba Li Akhihi Ma Yuhibbu Linfasihi, hadis nomor 12, juga oleh Imam Muslim dalam Shahihnya, Kitab Al-Iman, Bab Ad-Dalil Ala Anna Min Khisalil Iman An Yuhabba Li Akhihil Muslim, hadis nomor 64.
Baca Juga: Mencintai dan Setia Hingga Ajal Menjemput
Mencintai dan Membenci Karena Allah
Hikmah Hadis:
1. Bahwa sesama muslim, kita harus saling mencintai dan menyayangi kerena Allah subhanahu wa ta’ala.
Artinya bahwa sesama muslim, yang memiliki aqidah yang sama, pedoman hidup yang sama, kiblat yang sama, nabi yang sama, sama-sama memiliki orientasi Lillahi Ta’ala, sama-sama menghindarkan diri dari larangan-larangan Allah subhanahu wa ta’ala adalah besaudara yang harus saling mencintai karena Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahkan hadis di atas menggambarkan bahwa “tidak beriman” seorang muslim hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
2. Para ulama berbeda pandangan dalam menerjemahkan “tidak beriman” (لا يؤمن) pada hadis di atas.
a. Sebagian berpandangan bahwa yang dimaksud adalah menafikan iman secara hakiki. Artinya seseorang yang tidak mencintai saudaranya sesama muslim maka ia tidak beriman (kafir).
b. Sebagian ulama lainnya mengemukakan bahwa yang dimaksud adalah perbuatan tersebut dapat mengantarkan pada kekufuran.
c. Sebagian berpandangan bahwa yang dimaksud adalah tidak sempurnanya iman seseorang, hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
d. Sebagian ulama lainnya menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah orang yang tidak mencintai saudaranya sesama muslim, maka ia sama seperti orang kafir.
Diantara empat pendapat di atas, pendapat yang ketiga merupakan pendapat yang rajih menurut jumhur ulama, yaitu tidak sempurnanya keimanan seseorang hingga ia mencintai saudaranya sesama muslim, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
3. Ukhuwah dan saling mencintai karena Allah subhanahu wata’ala, merupakan sesuatu yang terlahir dari keimanan yang mendalam, dan juga merupakan buah dari ketaqwaan kepada Allah subhanahu wata’ala.
Oleh karena itulah, ulama mengatakan bahwa tidak ada iman tanpa ukhuwah, sebagaimana tidak ada ukhuwah tanpa adanya pondasi iman. Membenarkan hal tersebut, firman Allah subhanahu wata’ala (QS. 49 : 10)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
Wallahu A’lam. [Ln]