KEBERHASILAN Hajar mendidik Ismail dapat kita lihat dari bakti Ismail kepada ayahnya, Ibrahim, dimana sejak kecil keduanya telah berpisah cukup lama.
Padahal jika kita memandang dari kacamata yang sangat sempit, keputusan Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di padang tandus cukup menjadi alasan Hajar untuk menanamkan kebencian di benak Ismail tentang sosok ayahnya.
Baca Juga: Keteguhan Akidah Hajar Selama Berada di Padang Tandus
Keberhasilan Hajar Mendidik Ismail
Namun, tentunya tidak dilakukan oleh Hajar. Ia faham betul apa yang dilakukan Ibrahim bukan sebagai bentuk lepas tanggung jawab kepada keluarga, namun murni atas bukti ketakwaan kepada Allah.
Ibrahim adalah sosok yang sangat lembut dan penyayang. Jika pada kaum Luth saja yang zalim saja, Ibrahim masih bernegosiasi dengan malaikat agar tidak memberi mereka azab karena barangkali ada kesadaran untuk bertaubat apalagi kepada keluarganya sendiri, dan anak yang selama ini diidam-idamkan, tentu ini tidak bisa diterima oleh logika manusia.
Mustahil Nabi Ibrahim berniat buruk kepada istri dan anaknya. Hajar paham betul masalah ketaatan kepada risalah Ilahi ini.
Di tengah kesulitannya berada di padang pasir yang tandus itu, ia terus memberikan kasih sayang kepada Ismail dan membesarkan jiwanya. Ia gambarkan Ibrahim sebagai sosok ayah yang hebat.
Tentunya bukan sekedar membual. Hajar pernah tinggal bersama Ibrahim dan menyaksikan sendiri bagaimana Ibrahim dengan teguh menentang penyembah-penyembah berhala serta menawarkan risalah Islam kepada kaumnya.
Tidak ada sedikipun dendam ataupun secuil kebencian kepada Ibrahim pada diri Hajar, sehingga Ismail tumbuh menjadi pribadi yang mewariskan sikap mulia sang ayah.
Jika saja sebaliknya, Hajar dipenuhi kebencian tentunya Ismail tidak akan semirip itu dengan ayahnya. Tauhid yang ditanamkan oleh Hajar adalah hasil dari pengajaran Ibrahim kepada Hajar selama mereka tinggal bersama.
Hajar adalah sosok wanita yang multitasking, meskipun ia jauh dari suaminya, ia memiliki life skill yang telah ia dapatkan sejak belia dari sang ayah. Dahulu, sebelum Fir’aun membunuh ayahnya, Hajar sering dibawa ke pelosok kampung untuk menyelesaikan masalah dan problematika rakyat.
Sedangkan Ibrahim, sang suami, telah mengajarkan risalah yang menjadi acuan pendidikan Hajar kepada Ismail.
Selain itu, keberhasilan pendidikan yang diberikan Hajar kepada Ismail dapat kita amati dari sikap tawakkal Ismail saat Ibrahim mengabarkan mimpinya untuk menyembelih Ismail.
Padahal mereka telah terpisah cukup lama, namun hasil didikan Hajar inilah Ismail menjadi pribadi yang memaknai kehambaannya kepada Allah.
Ismail juga paham betul, bahwa Ibrahim yang hendak menyembelihnya bukan karena kebencian tapi murni atas dasar iman dan ketundukan.
Hingga hari ini dan seterusnya, keluarga ini menjadi panutan umat Islam bahkan dibuktikan dengan perayaan Idhul Adha. Hari besar Islam ini memberikan dampak yang sangat luas terhadap segala aspek kehidupan umat Islam. Tentunya ini bermula dari kesamaan frekuensi Ibrahim, Hajar serta Ismail dalam ketaatan kepada Allah. [Ln]