KEMENTERIAN Kesehatan mengungkapkan bahwa cacar monyet bisa sembuh sendiri. Hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH.
Baca Juga: Kementerian Kesehatan Buka Kelas Perawat Internasional
Kementerian Kesehatan Ungkap Cacar Monyet Bisa Sembuh Sendiri
Sebelum itu, Syahril menjelaskan terlebih dahulu karakteristik dari penyakit tersebut.
Monkeypox atau cacar monyet bisa menular dari hewan ke hewan dan dari hewan ke manusia.
”Kalau dari hewan ke manusia penularannya melalui kontak langsung antara hewan dan manusia,” katanya pada konferensi pers secara virtual di Jakarta pada Jumat (24/6).
Penularan dari hewan ke manusia melalui cairan tubuh terutama bagian tubuh yang ada cacar seperti di sekitar muka atau tubuh hewan.
Selain itu juga penularan ke manusia bisa melalui daging hewan tersebut yang tidak dimasak secara matang.
Sedangkan penularan dari manusia ke manusia bisa melalui udara, cairan tubuh atau cacar yang ada di muka, mulut, tangan maupun di badan. Kalau kontak langsung juga ada melalui saluran napas atau terjadi droplet.
”Ini juga bisa menjadi sumber penularan dan juga ada penularan dari ibu ke bayi melalui transmisi atau plasentanya,” ucap dr. Syahril.
Masa inkubasi monkeypox 5 sampai 13 hari atau 5 sampai 21 hari. Ada dua periode, pertama masa invasi, terjadi 0 sampai 5 hari terjadi demam tinggi, sakit kepala yang berat, dan ada benjolan atau pembesaran kelenjar limfa di leher, kemudian diketiak, atau selangkangan.
Kedua, masa erupsi, terjadi 1 sampai 3 hari pasca demam, terjadi ruam pada kulit, ruam pada wajah, telapak tangan, kaki, mukosa, alat kelamin, dan selaput lendir mata.
”Cacar monyet ini bisa sembuh sendiri setelah 2-4 minggu pasca masa inkubasinya selesai. Penyakit ini akan sembuh sendiri tidak terlalu berat.
Dari negara-negara yang melaporkan kasus monkeypox hanya sekitar 10% pasien dirawat di rumah sakit,” ucap dr. Syahril.
Sampai saat ini belum ada kasus kematian yang disebabkan oleh monkeypox di negara-negara yang sudah melaporkan.
”Kita diimbau untuk tetap tenang dan tetap waspada karena ini juga sangat menular dan membuat tidak nyaman bagi kita semua,” tuturnya.
Yang perlu diperhatikan, lanjut dr. Syahril adalah adanya komplikasi yakni infeksi sekunder, bronkopneumonia, maupun sepsis, ensefalitis, infeksi kornea sehingga menyebabkan kebutaan.
Monkeypox di Indonesia untuk saat ini belum ada.
Ada 2 laboratorium yang disiapkan oleh pemerintah untuk mendeteksi dini monkeypox yaitu Lab Pusat Studi Satwa Primata LPPM IPB Bogor, dan Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Sri Oemiyati, BKPK, Jakarta. [Cms]