SYUKUR itu ungkapan ‘terima kasih’ kepada Allah subhanahu wata’ala. Ungkapkanlah syukur dengan ibadah.
Ada pertanyaan sederhana yang mungkin nggak mudah dijawab. Kalau sudah di surga, apakah kita masih beribadah seperti shalat.
Pertanyaan itu terbayang karena keinginan mengungkapkan rasa syukur ketika Allah memasukkan kita ke surga. Yaitu, dengan mengisi kegiatan di surga dengan banyak beribadah.
Sayangnya, bayangan itu tidak sepenuhnya benar. Karena di surga tidak ada lagi kegiatan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lainnya.
Kegiatan di surga hanya satu: menikmati segala kenikmatan yang Allah sediakan. Dan kegiatan itu rasanya tidak pernah ada selesainya.
Lalu, bagaimana dengan mengungkapkan rasa syukur dengan ibadah? Jawabannya sederhana: mengungkapkan syukur dengan ibadah hanya ada di dunia.
Bukankah selagi di dunia kita belum tahu pasti apakah akan di surga atau di tempat lainnya. Bukan surga yang membuat kita bersyukur, tapi syukur yang menjadikan kita masuk surga.
Syukur karena apa? Syukur karena banyak hal yang telah Allah berikan: berupa anugerah kehidupan, kelengkapan dan kesehatan fisik dan jiwa, makanan dan minuman, keluarga, lingkungan, dan tentu saja nikmat iman dan Islam.
Pendek kata, tidak ada pergantian detik dalam hidup ini kecuali bersama dengan nikmat-nikmat Allah subhanahu wata’ala.
Hal itulah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah. Hal ini lantaran suaminya shalat malam begitu lama hingga kaki beliau bengkak karena lama berdiri.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Aku ingin menjadi hamba Allah yang bersyukur.”
Nabi melakukan ibadah bukan sekadar karena kewajiban, tapi juga karena ungkapan syukur kepada Allah subhanahu wata’ala.
Inilah yang membedakan kuwalitas ibadah antara yang melaksanakannya semata karena kewajiban dan yang juga karena ingin mengungkapkan rasa syukur.
Jadi, mumpung masih tinggal di dunia, mumpung ibadah masih bisa dilakukan; ungkapkan rasa syukur dengan banyak ibadah. [Mh]