HAMONIS suami istri merupakan dambaan semua pasangan. Keharmonisan tak ubahnya seperti surga dunia yang sesungguhnya.
Namun, tidak semua suami istri menemukan titik keseimbangan harmonis secara alami. Perlu langkah khusus agar keharmonisan bisa diraih dengan mudah.
Satu, Semangat untuk Memberi dan bukan Menerima.
Kesalahan fatal suami istri bisa terjadi di awal pernikahan. Yaitu, dorongan awal keduanya untuk menjalin rumah tangga.
Jika dorongan awalnya untuk bisa menerima “sesuatu” dari pasangan, maka yang akan ditemukan bukan keharmonisan. Melainkan, ketegangan dan cekcok.
Bayangkan jika suami atau istri sejak awal sudah menyiapkan fisik dan jiwanya untuk bisa memberikan “sesuatu” kepada pasangannya. Maka, keduanya akan saling berlomba untuk menjadi “pelayan” terbaik untuk satu sama lainnya.
Suami akan dengan sigap untuk mengerjakan tugas rumah tangga, dan istri akan dengan keridhaan jika harus bantu suami menutupi kekurangan nafkah rumah tangga.
Jadi, ubah dorongan awal ini. Terlambat jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.
Dua, berusaha Memahami bukan minta Dipahami.
Suami istri adalah ikatan dua anak manusia. Yang artinya, tidak ada yang sempurna dari pasangan kita. Siapa pun dia.
Karena itu, berusahalah untuk memahami segala kekurangan itu. Bukan sebaliknya untuk minta dipahami.
Buatlah seribu satu alasan kenapa kesalahan atau kekhilafan dilakukan oleh pasangan kita. Mungkin dia lupa, mungkin dia terlalu banyak urusan, mungkin karena bawaan pola asuh dari keluarga, dan seterusnya.
Tentu saja hal ini sebagai pijakan awal. Bukan pemakluman yang terus-menerus. Karena dengan pemahaman inilah langkah perbaikan menjadi lebih mudah.
Berusaha memahami juga dilakukan dengan menyimak keluhan atau curhatan pasangan. Siapkan seluruh waktu yang ada untuk mendengarkan apa yang diinginkan dan dikeluhkan pasangan.
Sekali lagi ini untuk memahami lebih lengkap masalah pasangan, bukan sekadar basa-basi yang lagi-lagi akan berujung kekecewaan.
Tiga, Minta Maaf dan Akui Kesalahan.
Kebaikan dan keburukan selalu tidak sama. Ketika keburukan dikeluhkan oleh pasangan, maka akui dengan lapang dada bahwa itu memang kesalahan. Dan setelah itu segera minta maaf.
Minta maaf sama sekali tidak menjatuhkan harga diri. Sebaliknya, yang lebih dahulu minta maaf menunjukkan ketinggian akhlak.
Namun, setelah saling minta maaf, jangan mengulang kesalahan yang sama. Karena hal itu menunjukkan permohonan maaf yang main-main.
Semoga Allah senantiasa menganugerahi kita keluarga yang harmonis: sakinah, mawadah, dan rahmah. [Mh]