PENYAKIT itu datang tak diundang. Ia menyusahkan dan menyakitkan. Tapi dengan cara itulah Allah menghapuskan dosa dan memulihkan kesadaran.
Tak seorang pun yang ingin sakit. Semua ingin selalu sehat wal afiat. Berapa pun biaya dan usaha yang harus dilakukan.
Namun begitu, sakit bisa datang pada siapa saja. Bahkan kepada dokter sekali pun. Karena sakit bukan sekadar keadaan fisik, tapi juga jiwa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah. Jika ia baik, baiklah keadaan jasadnya. Tapi jika ia rusak, rusaklah segala keadaan jasadnya. Ketauhilah bahwa (segumpal darah) itu adalah hati.
Hati atau jiwa ternyata lebih dominan sebagai penyebab datangnya sakit daripada kondisi fisik. Di situlah kenapa orang yang mampu setiap hari ke dokter, mengkonsumsi asupan bergizi, juga bisa sakit.
Bahkan kadang orang yang hidup dengan ala kadarnya, mengkonsumsi makanan dan minuman yang juga apa adanya; hidupnya sehat-sehat saja.
Sakit bisa jadi sebagai bentuk keseimbangan baru seseorang ketika fisik atau jiwanya terlalu lelah. Bukan karena semata-mata kurang gizi atau kurang istirahat. Tapi karena kurangnya keseimbangan.
Karena itu, ketika sakit datang, jangan buat keseimbangan menjadi kian jauh dengan mengeluh. Tapi ikhlaskan semua keadaan yang tidak mengenakkan itu sebagai ungkapan sayang dari Allah subhanahu wata’ala.
Boleh jadi, dengan sakit ada “paksaan” agar diri harus istirahat. Dalam sisi yang lain, dengan sakit, ada “paksaan” untuk bisa merenungkan nikmatnya sehat.
Sebuah kenikmatan kadang menjadi terasa biasa ketika berlangsung rutin dan biasa. Tapi ketika kenikmatan itu pergi, seperti kesehatan, barulah terasa tingginya nilai kesehatan itu.
Di situlah kita bisa bersyukur. Bisa bermuhasabah betapa nikmat yang dianggap biasa itu ternyata sangat luar biasa.
Jadi, ketika sakit datang, ambillah pandangan positif. Cermati apa yang bisa diraih dari keadaan sakit itu. Dengan cara itu, Allah memberikan kita hikmah yang jauh lebih berharga daripada sehat itu sendiri.
Di sisi lain, sakit yang dialami seseorang, jika ia menyikapinya dengan sabar; akan menjadi sarana penghapusan dosa. Dan terhapusnya dosa yang banyak itu akan menjadikan hidup terasa begitu ringan untuk ibadah.
Jangan buruk sangka dengan datangnya sakit. Terimalah dengan ikhlas. Insya Allah, akan ada begitu banyak hikmah di balik yang kita tidak suka itu.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Boleh jadi, kaian tidak menyukai sesuatu padahal itu baik buatmu. Dan boleh jadi, kalian menyukai sesuatu padahal itu buruk buatmu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216) [Mh]