ChanelMuslim.com – Memahami makna kehidupan yang penuh perjuangan yang melelahkan dan menyengsarakan. Dalam Kajian Fikrah Qur’an Surat Al-Balad oleh Gurunda K.H. Abdul Aziz Abdur Rouf, pada
8 April 2021, ia menjelaskan tentang makna kalimat tersebut.
Quran Surat Al-Balad ayat 4.
(لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ فِی كَبَدٍ)
[Surat Al-Balad 4]
Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam kondisi lelah dan sengsara.
Dengan ayat ini, Allah memberitahukan bahwa semua orang itu akan mengalami kabad, yaitu kehidupan yang penuh perjuangan yang melelahkan dan menyengsarakan.
Tinggal kita memilih mau kabad di dunia atau di akhirat atau bahkan kabad dunia dan akhirat.
Kabad di dunia yaitu berlelah-lelah dalam ibadah, thalabul ilmi, dakwah dan jihad, maka di akhirat akan istirahat dalam kebahagiaan.
Akan tetapi, ketika di dunia tidak mau berlelah-lelah dalam ibadah, thalabul ilmi, dakwah dan jihad, maka kamu akan mengalami kabad di akhirat dengan penuh kesengsaraan.
Tidak hanya untuk mencari akhirat saja yang perlu kabad, mencari dunia pun perlu kabad.
Semua kenikmatan duniawi seperti rezeki, kesehatan, fasilitas, rumah, kendaraan, deposito, dan lain-lain membutuhkan kabad, dalam mencari dan memeliharanya.
Ketika semua harta itu tidak digunakan untuk taat kepada Allah dan berbagi sesama manusia, sesungguhnya manusia sedang mempersiapkan kabad yang lebih dahsyat di akhirat kelak.
Sungguh ini akan menjadi kabad atau kesengsaraan dunia dan akhirat.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kita berlindung dari 4 hal:
تعوذوا على الاربع: من عذاب جهنم ومن عذاب القبر ومن فتنة المحيا و الممات ومن فتنة المسيح الدجال أو كما قال
Berlindunglah dari 4 hal: azab jahannam, azab kubur, fitnah kehidupan dan kematian dan fitnah Dajjal.
Contoh kabad di alam kubur adalah sabda Rasulullah:
Di alam kubur kamu akan bertemu dengan ular besar, berkepala botak yang akan terus mengganggu.
Ketika ia ditanya: “Siapa kamu dan kenapa mengganggu?”,
Ia akan menjawab: Saya adalah hartamu yang tidak digunakan untuk ibadah.
Maka mari jadikan kabad hanya di dunia saja. Berlelah-lelah dan sengsara ketika di dunia saja dalam ibadah, tholabul ilmi, dakwah dan jihad.
Dengan cara ini, insyaallah di akhirat tidak akan kabad lagi.
Baca Juga: Hakikat Kehidupan Dunia
Memahami Makna Kehidupan yang Penuh Perjuangan
Kabad di dunia bisa diatasi dengan cara kita menghasilkan kabad-kabad yang diridhoi Allah.
Akan tetapi, sesungguhnya, kabad adalah jalan menuju kebahagiaan.
Kabad duniawi akan menghasilkan kebahagiaan duniawi.
Contoh seorang pekerja yang pergi pagi pulang malam setiap hari akan mendapat kebahagiaan saat ia menerima gaji tepat pada waktunya.
Ibu yang mengandung dengan segala penderitaannya akan tertebus ketika sang bayi lahir.
Seorang olahragawan akan mengalami kabad bertahun-tahun saat berlatih. Akan tetapi, akan tertebus ketika berhasil menjadi juara.
Mahasiswa yang kuliah itu mengalami kabad selama kuliah, begitu lulus, maka akan tertebus.
Jadi, saat kamu ditakdirkan hidup dan harus mengalami kabad, ketika mati, kamu akan merasakan bahagia.
Hati-hati dengan kabad kehidupan yang tidak menghasilkan kebahagiaan akhirat.
Kabad pada hakikatnya melahirkan kebahagiaan. Semakin banyak taat, semakin kabad, maka semakin besar kebahagiaan saat kematian.
Ahamdulillah yang sudah bisa ber-kabad dalam shalat 5 waktu tanpa beban lagi.
Kita tidak merasakan kabad karena sudah dianugerahi hidayah oleh Allah.
Bagi kamu yang belum bisa menikmati kabad ibadah, maka terus berusahalah.
Orang yang bisa menikmati shalat akan sedih jika ketinggalan rakaat berjamaah saja, apalagi jika tidak shalat.
Kabad dalam taat, di dunia saja sudah Allah ganti dengan nikmat.
Kabad-nya orang puasa akan bahagia ketika buka.
Orang bisa bahagia dengan tilawah, dengan thalabul ilmi, dengan shalat yang lama, dengan infaq sedekah, dan amal soleh lainnya.
Orang yang kabad dalam taat, saat meninggalnya akan menjadi mustarihun bukan mustarahun.
Mustarihun adalah orang yang istirahat dari lelahnya mengemban tugas dan amanah di dunia, diganti dengan kesenangan alam berikutnya.
Mustarahun yaitu orang yang saat meninggalnya disyukuri seisi bumi dan bumi istirahat dari kezaliman, kemaksiatan, kejahatan orang tersebut.
Seperti ketika Firaun mati atau Mustafa Kamal Ataturk mati yang sampai ditolak bumi.
Buat kamu yang sudah bisa menikmati kabad shalat wajib, yuk ditambah lagi kabad-nya. Shalat sunnah, taklim qur’an, dakwah qur’an dan sebagainya.
Setiap mukmin bisa memilih nikmat-nikmat kabad yang lain.
Ramadan bulan kabad dalam taat kepada Allah, menabung kehidupan penuh nikmat di akhirat.
Hamdalahnya ahlu surga tidak merasakan lagi kelelahan dalam bentuk apapun. (Fathir: 34)
Karena saat di dunia sudah terbiasa lelah-lelah. Maka di surga, Allah hilangkan semua lelah.
Sedang orang kafir, lelahnya abadi di neraka. Mereka menjerit ingin keluar dan kembali ke dunia ingin berlelah-lelah dalam taat. (Fathir: 37)
Awalam nuammirkum artinya bukankah sudah kami beri kesempatan umur 40 tahun, 50 tahun, 60 tahun, dan seterusnya? Perlu berapa lagi?
Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan, yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu.”
(Dikatakan kepada mereka), “Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan?
Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zhalim tidak ada seorang penolong pun.” (Fathir: 37)
Salah seorang sahabat berkata:
Laula tsalatsu lama ahbabtu baqa fiddunya
Kalau bukan karena 3 hal ini, saya tidak betah berada di dunia:
1. Mukabadatul lail, shalat malam yang panjang (minimal 1 jam dengan bacaan surat yang panjang, harus persiapan hafalan)
2. Mukabadatun nahar, perjuangan di saat siang. Ibadah puasa wajib ataupun sunnah dan amal-amal soleh lainnya.
3. Mukabadah pergaulan. Digambarkan oleh Rasulullah: Perhatikan dengan pergaulanmu, pilah-pilahlah sebagaimana kamu memilah-milah kurma yang baik dan yang buruk.
Selalu berusaha bersama orang-orang soleh. Mujalasatus sholih. Beda rasanya berkumpul dengan orang yang soleh dengan orang yang tidak soleh.
Mukabadah bersama orang soleh, Allah akan menghentikan kabad saat kematian.
Mukabadah dalam dakwah dan jihad bernilai lebih tinggi, yaitu berlelah-lelah dan bersabar.
Kenapa dengan orang solehh harus lelah? Karena orang sholih bukan malaikat yang bebas dari kesalahan.
Orang yang bersabar bersama orang soleh, saat meninggal akan dipanggil malaikat:
Ya ayyatuhan nafsul muthmainnah..
Fadkhuli fi ibadi
masuklah bersama hamba-hamba yang soleh.
Kenapa pakai fi? Karena butuh kesabaran. Bersama orang soleh pun butuh bersabar. Akan tetapi, saat dipanggil masuk surga tanpa fi, wadkhuli jannati.
Cukuplah dengan kesabaranmu, kabad-mu, maka masuk surga dengan mudah. Karena Masuk surga pun ada yang harus berjuang menempuh prosedur.
Surga merindukan masuknya orang-orang beriman tertentu, yaitu:
قوم يتلذذون بمتاعب الدعوة
Qoumun yataladzadzuna bi mata’ibi dakwah, yaitu golongan yang berlezat-lezat menikmati jerih payah dakwah.
Bagaimana mengubah mukabadah menjadi nikmat?
Sabar adalah yang utama. Ashshobru alat thoah, Sabar dalam ketaatan. Sabar di dalam pelaksanaan amaliyah.
Masa beramal soleh bukan dalam bilangan bulan ataupun tahun tapi madal hayah, sepanjang hidup.
Kenapa ada manusia tidak bisa menikmati Al-Quran sepenuhnya? Karena keterputusan dan tidak adanya kontinyuitas, terus menerus dalam interaksi.
Kabad akan menjadi nikmat jika dilakukan terus-menerus.
Di dunia saja, olah raga harus terus-menerus agar bisa dinikmati. Jika kamu menganggap olah raga sebagai beban, itu karena kamu tidak menjalaninya secara rutin dan tidak biasa.
Sabar dalam masa dan kuantitas tilawah misalnya: harus meningkat jumlah halaman yang dibaca dari tahun ke tahun. Zikir juga harus diperbanyak.
Sabar dalam taat dengan meningkatkan kualitasnya, misalnya, khusyuk dalam shalat akan mengubah mindset bahwa ketaatan itu sudah tidak lagi kabad, melelahkan.
Urwah bin Zubair bin Awwam, ketika kakinya terkena kanker dan harus diamputasi, tabib menyarankan agar dibius tapi ia tidak mau. Dia cuma minta kakinya diamputasi saat sedang shalat.
Abad bin Bisyir terkena panah di lengannya ketika ia shalat dan ia tidak merasakan apa-apa serta bisa menyelesaikan shalat secara normal tanpa terburu-buru. Setelah ia selesai shalat, ia baru terasa sakitnya dan minta anak panah itu dicabut.
Demikianlah generasi terdahulu berlezat-lezat dalam ibadah. Wallahu a’lam. Sahabat Muslim, semoga kita dapat memahami makna kehidupan yang penuh perjuangan atau kabad ini.[ind]
disadur dari resume Ustaz Miftah Tauhid