Pendidikan dalam Islam Tidak Hanya Transformasi dari Bodoh Menjadi Pintar
CUACA sore itu sedikit mendung, namun tidak menyurutkan orang-orang yang mulai memadati ruangan pendopo di ujung salah satu komplek perumahan di Bogor.
Ruangan cukup luas seperti rumah khas Jogja itu biasanya menjadi tempat pernikahan dan gedung pertemuan. Tapi kali ini orang-orang yang datang sangat antusias dengan materi kajian yang akan diberikan oleh Ustaz Herfi Ghulam Faizi, Lc.
Para ibu-ibu muda dengan hijab panjangnya terlihat serius mendengar setiap perkataan ustaz. Di barisan depan ayah-ayah yang sengaja menyempatkan hadir meski di hari kerja untuk mengetahui kiat-kiat mendidik anak.
Baca Juga: Pentingnya Pendidikan Seks untuk Menjaga Anak-Anak dari Bahaya Pornografi
Pendidikan dalam Islam Tidak Hanya Transformasi dari Bodoh Menjadi Pintar
Ustaz Herfi dengan suara yang lembut namun tegas membuka kajian di sore itu dengan membacakan surat At-Tahrim ayat 6 berikut terjemahannya. Dengan penuh penegasan ia menekankan bahwa kita harus berupaya untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka.
“Pendidikan anak dalam Islam bukan sekedar mentransformasi anak dari bodoh jadi pintar, tapi proses menjaga anak dari api neraka. Perintah menjaga dari api neraka sama dengan perintah menegakkan sholat dan menunaikan zakat,” ujar Ustaz Herfi.
Meski beberapa keluarga membawa serta anak-anak balita, kajian berlangsung cukup tertib dan nyaman. Anak-anak dapat berlarian atau bermain di halaman yang cukup luas.
Tema pendidikan anak atau sekarang ini lebih dikenal dengan parenting tengah menjadi tren. Berbagai kasus yang mencuat karena kriminalitas remaja serta pergaulan anak-anak yang menjadi semakin tanpa batas membuat orang tua merasa perlu menambah ilmu dan mengikuti berbagai kajian dan seminar tentang pendidikan anak.
Seperti mengerti apa yang menjadi kekhawatiran para orang tua, ustad Herfi memafarkan bagaimana Islam telah menjadikan anak sebagai anugerah yang sekaligus juga amanah. Sehingga proses mendidik anak dalam keluarga dapat dijadikan sebagai mihrob untuk orang tua menuju surga-Nya.
“Anak-anak itu terlahir fitrah. Para ahli mengemukakan bahwa para ahli ilmu mengatakan bahwa masa fitrah yang di masa itu orangtua harus menanamkan semua nilai untuk pondasi kepribadian ditemukan ditahapan 6 tahun pertama berarti usia 1-3 thn dan 4-6 tahun.”
Pembagian tahapan per tiga tahun memang tidak disebutkan dalam Alquran maupun hadis. Namun berdasarkan keterangan dari hadits tentang tahapan untuk mulai mengajarkan shalat saat usia 7 tahun dan kemudian memukulnya jika enggan di usia 10 tahun. Hal ini menyiratkan rentang waktu tahapan perkembangan yang dapat dibuat pedoman bagi keluarga.
Gagal pendidikan sholat di rentang usia 7-9 tahun mengakibatkan anak sulit melaksanakan sholat diusia 10 tahun. Setiap keluarga harus memahami tahapan pertumbuhan anak di rentang usia perkembangannya.
Apa yang menjadi kebutuhan pokok, bahaya apa yang bisa terjadi pada tahapan usianya, serta nilai-nilai apa yang harus ditanamkan untuk perkembangan pada usianya.
Materi yang padat, pemaparan ustaz Herfi yang sangat runut membuat setiap yang hadir tak ingin melewatkan. Beberapa ibu nampak sibuk mencatat.
Rintik hujan yang mulai turun saat pembukaan kajian, mulai berubah menjadi hujan deras. Ruangan yang terbuka membuat suara hujan mengalahkan suara Ustaz Herfi. Semua yang hadir semakin merapat agat dapat mendengar ustadz Herfi dengan jelas.
Tidak ada yang beranjak pergi atau hanya sekedar ke toilet saat pemaparan mengenai poin-poin yang harus ada dalam tahapan perkembangan anak. Semua mencatat dan bahkan merekam setiap poin agar tidak ada yang tertinggal.
Begitu pentingnya ilmu tentang pendidikan anak karena setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Dan sebagai keluarga muslim, cita-cita kesuksesan anak bukan hanya di dunia semata. Tetapi bagaimana dapat kembali berkumpul di surga-Nya.
Karena mendidik anak bukan sekedar memasukkannya pada sekolah terbaik atau termahal. Ustaz Herfi memberikan nasihat penting yang menjadi landasan bagi para orang tua,
“Mendidik anak seperti membuat bangunan satu kesatuan dimulai dari pondasi dasar hingga menjadi bangunan utuh, bukan membuat puzzle sekedar mencomot dan menempelkan ilmu. Sehingga ilmu itu hanya nempel tidak membangun kepribadian anak seperti sebuah bangunan yg kokoh..!”
Tak terasa lebih dari 90 menit ustad Herfi memberikan pengetahuannya tentang tahapan perkembangan anak. Meski dengan suara yang lembut dan intonasi yang selalu terjaga bagai tengah bercerita, tak ada satu pun jamaah yang tertidur. Ilmu mendidik anak memang menjadi kebutuhan para orang tua, karena orang tua yang akan mempertanggungjawabkan kelak tentang anak-anaknya. [W]