SETELAH melakukan akad nikad, maka pasangan pengantin telah menjadi suami istri yang sah dan masing-masing mempunyai kewajiban terhadap pasangannya. Kewajiban istri itu menjadi hak-hak suami yang harus dipenuhi, sebagaimana kewajiban suami itu menjadi hak-hak istri yang harus dipenuhi. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَهُنَّ مِثۡلُ ٱلَّذِي عَلَيۡهِنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ وَلِلرِّجَالِ عَلَيۡهِنَّ دَرَجَةٞۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ . (البَقَرَةِ: ٢٢٨)
“Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami, mempunyai kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Maha Bijaksana.” (Al- Baqarah: 228)
Baca: 10 Kewajiban Istri terhadap Suami
Kewajiban Istri kepada Suami
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَلَا إِنَّ لَكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ حَقًّا وَلِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقًّا. (اخرجه الترمذ)
“Bukankah kamu memiliki hak atas istrimu dan istrimu memiliki hak atas dirimu?” (HR. Tirmidzi)
Jika istri melaksanakan kewajiban kepada suami, maka ia menjadi lebih mulia, lebih tinggi derajatnya di sisi manusia dan di sisi Allah serta lebih mudah masuk surga. Karena itu, kewajiban kepada suami hendaknya dilaksanakan oleh setiap istri dengan ikhlas, syukur dan sabar, tanpa merasa terpaksa dan tanpa malas agar menjadi ahli surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا صَلَّتِ المَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا؛ قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الجَنَّةِ شِئْتِ.(رواه احمد)
“Apabila seorang istri melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan ta’at kepada suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya; ‘Masuklah kamu ke dalam syurga dari pintu mana saja yang kamu inginkan”. (HR. Ahmad)
Adapun kewajiban istri terhadap suami sebagai berikut:
1. Taat kepada suami dalam kebaikan bukan dalam kemaksiatan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي المَعْرُوفِ(اخرجه البخاري)
“Sesungguhnya ketaatan hanya dalam kebaikan.” (HR. Bukhari)
لَا طَاعَةَ لِمَخْلُوقٍ فِي مَعْصِيَةِ الخَالِقِ(اخرجه احمد)
“Tidak ada ketaatan dalam bermaksiat kepada Allah.” (HR. Ahmad)
2. Menggembirakan dan membahagiakan suami serta tidak menyakitinya. Sebab istri yang berani menyakiti suami berarti ia telah membiarkan dirinya kepada kebinasaan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الحُورِ العِينِ: لَا تُؤْذِيهِ، قَاتَلَكِ اللهُ؛ فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكِ دَخِيلٌ يُوشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا»(اخرجه الترمذي)
“Janganlah seorang istri menyakiti suaminya, kecuali istri yang cantik di akhirat ( bidadari ) berkata: Janganlah kamu menyakitinya. Semoga Allah mencelakakanmu karena ia hanya sementara berkumpul denganmu. Sebentar lagi ia akan berpisah dan akan kembali kepada kami. (HR. Tirmidzi)
Maka istri harus bisa menggembirakan dan membahagiakan suami, jangan menyakitinya, sebab menyakiti suami akan membuat doanya tidak akan sampai kepada Allah, bahkan tertolak disisi-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ آذَانَهُمْ: العَبْدُ الآبِقُ حَتَّى يَرْجِعَ، وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ، وَإِمَامُ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ.(اخرجه الترمذي)
“Ada tiga orang yang doanya tidak melebihi telinga mereka: seorang budak yang dibiarkan sendirian sampai dia kembali, seorang wanita yang bermalam sementara suaminya murka (tidak senang) padanya, dan imam suatu kaum yang mereka membencinya.” (HR. Tifmidzi)
3. Menjaga martabat suami dan hartanya. Istri shalihah itu harus bisa menjaga nama baik suami yang akan membuat citranya tetap baik dan harum. Maka istri diharamkan melakukan sesuatu yang menjatuhkan martabat suami. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٞ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ. (النساء: ٣٤)
“Maka perempuan-perempuan yang shaleh adalah mereka yang taat dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka )”. (An-Nisa: 34)
Suami dan istri masing-masing memiliki kekurangan dan aib, karena itu, mereka harus saling merahasiakan kekuarangan dan aib pasangan agar tidak membuat mereka buruk di mata orang lain. Allahpun akan menutupi semua aib mereka di dunia dan di akhirat.
Catatan Ustazah Dr. Aan Rohanah Lc., M.Ag di akun instagramnya @aanrohanah_16. Ustazah Aan Rohanah adalah perempuan yang Peduli Keluarga dan Pendidikan Anak. [Ln]
View this post on Instagram