oleh: Ustazah Aan Rohanah, Lc, M.Ag
ChanelMuslim.com-Seorang ibu lebih sering memberikan nasihat kepada anaknya dibandingkan ayah. Agar nasihat seorang ibu menjadi efektif dan efisien, bersikap bijaklah dalam memberikan nasihat sehingga jiwa anak tidak terluka dan tidak emosi, serta diterima oleh logika akal anak, jadi nasihat yang bijak dari seorang ibu bisa membuat akal anak cerdas, jiwanya lapang, senang dan memiliki keinginan untuk melaksanakan isi nasihat tersebut.
Berikut adalah etika atau adab memberikan nasihat agar ibu bersikap bijak dalam memberikan nasihat.
1. Harus ikhlas karena Allah
Ikhlas dalam memberikan nasihat dapat membuat kita sabar dalam memberikan nasihat, tanpa ada emosi dan amarah, dan nasihat yang ikhlas akan menjadi amal sholeh serta sedekah jariyah bagi kita di hadapan Allah swt. Misalnya kita mau istirahat dalam kondisi anak-anak ribut. Maka kita harus katakan “Nak klo bersuara keras itu tidak boleh, karena tidak sopan dan Allah itu mencintai orang yang bersikap lembut dan tidak menyukai orang yang berkata keras dan kasar.”
Ikhlas akan membuat kita selalu menghadapkan amal kita untuk Allah, sehingga selalu berhati lapang. Dalam surat albayinah ayat 5 Allah berfirman,
“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS.98:5).
Juga dalam surat alkahfi ayat 110 amal baik itu disebut amal sholeh jika mengharapkan ridho Allah.
Katakanlah (Muhammad) “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barang siapa mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.
Surat aljatsiah ayat 23 yang isinya:
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
2. Dalam rangka membentuk kesholehan anak.
Nasihat yang diberikan bukan untuk kepentingan orang tua tapi semata-mata untuk keshalihan anak sehingga anak selalu merasa bahwa nasihat itu berguna untuknya.
Contohnya, “ibu bukan cerewet sama kamu, tapi sayang sama kamu. Maunya ibu punya anak sholihah, sebab keshalihan kamu diamanahkan Allah kepada ibu.”
Allah berfirman dalam surat at-tahrim ayat 6 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
3. Memberikan maaf
Contohnya: ketika hujan anak masuk rumah sehingga rumah menjadi kotor dan basah. Maka yang harus dilakukan, lupakan dulu semua kesalahan anak, dan kita harus bersyukur, “Alhamdulillah anak kita sudah pulang”. Sebaiknya kita seorang ibu menasihati anak kita dengan:
a. Selalu Memaafkan
b. Menyebutkan apa kesalahannya agar tidak diulangi kembali
c. Diberitahu tindakan apa yang sebaiknya dilakukan oleh anak.
Contohnya, anak bawa uang 50000 tinggal 5000. Pertama yang kita ucapkan adalah “ya sudah Ummi nggak apa-apa, Ummi maafkan, tapi tolong ceritakan bagaimana kejadiannya”. Setelah anak bercerita, beri penjelasan yang seharusnya dilakukan oleh anak.
Dalam surat 9 ayat 43 yang artinya, “Allah memaafkanmu (Muhammad), mengapa engkau memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar-benar (berhalangan) dan sebelum engkau mengetahui orang-orang yang berdusta?”
4. Mengedepankan kasih sayang dan cinta.
Jika kita mengedepankan kasih sayang dan cinta, tidak akan tega kita mengejek dan menghina anak kita.
Dalam hadits Rasulullah bersabda: “Sayangilah yang ada di bumi, niscaya kamu disayangi oleh yang ada di langit.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam telah bersabda, ”Barangsiapa tidak menyayangi siapa (yang berada) di bumi maka tidak menyayanginya siapa (yang berada) di langit”. (Riwayat Ath Thabarani, dan dishahihkan oleh Al Hafizh As-Suyuthi)
5. Memanggil dengan panggilan yang disenangi oleh anak.
Sebaiknya jika kita memanggil anak kita panggillah dengan panggilan yang disukainya karena:
a. Nama mempunyai doa
b. Ada getaran dari telinga sampai ke hati
c. Membuat jiwanya lapang, hatinya bersih.
Allah memberikan contoh dalam surat At-Tahrim ayat 1 bahwa Allah menegur Rasulullah Saw dengan halus dengan panggilan kenabian (يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ) yang artinya: ”Wahai Nabi.”
6. Harus lemah lembut jangan ada kata yang kasar.
Kelembutan akan mendatangkan banyak kebaikan. Kekasaran akan mendatangkan keburukan. Dalam hadits riwayat Muslim, “Sesungguhnya Allah Maha Lembut, mencintai kelembutan dan memberikan pada kelembutan sesuatu yang tidak diberikan pada kekerasan dan sesuatu yang tidak diberikan kepada selain-Nya.”
Dalam riwayat Muslim juga, “Barang siapa yang diharamkan dari kelembutan maka dia diharamkan dari segala kebaikan.”
Dalam surat 3 ayat 134 disebutkan semua kebaikan itu akan hadir dengan menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain.
“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
Orang yang kasar tidak akan bisa memberikan nasihat kepada siapa pun.
7. Tidak boleh emosi
Karena emosi merugikan diri kita dan merugikan orang yang dinasihati. Orang yang emosi itu: tidak bisa berfikir objektif, maka tidak bisa memberikan keputusan yang tepat sehingga bisa bersikap salah. Anak merasa tidak disayang, organ tubuh kita selalu stres jika kita marah terus. Selain itu, yang paling merugi adalah dibenci dan dimurkai oleh Allah. Dalam hadits, Rasululloh bersabda:
“Jangan marah, niscaya kamu mendapatkan surga”. (HR. Thabrani dan dinyatakan sahih dalam kitab sahih At-Tharghib No 2749).
Kerugian untuk anak: tidak bisa berfikir yang dinamis, rasa optimisnya mudah padam. Anak tidak bisa berbuat lembut karena tidak ada contoh. Anak tidak bisa dinasihati dengan cara yang lembut.
8. Bersumber kepada alquran dan hadits.
Apa yang dinasihatkan kepada anak tidak boleh bertentangan dengan alquran dan hadits. Ada kisah, suatu pagi seorang anak membawa telur langsung disambut ibunya dan telur itu dimasak untuk sarapan pagi, tanpa ditanya dari mana dapat telur itu. Padahal telur itu dapat dari mencuri. Bahkan ibu tersebut memuji-muji anak karena dia menganggap anaknya sudah bisa membantunya. Si anak terus terbiasa mencuri hingga besar. Suatu hari anak ini terkena qisos karena mencuri. Sebelum dipotong tangannya anak tersebut mengatakan pada hakim agar menghadirkan ibunya. Anaknya mengatakan, jangan engkau potong tangan saya sebelum engkau potong dulu lidah ibuku, karena dia memuji-mujiku saat mencuri dan tidak menasihati saya untuk bersikap jujur.
Rosullulloh saw bersabda: “Sebaik-baik pendidikan adalah yang diberikan oleh Allah.” Nabi juga mengatakan agama itu adalah nasihat.
“Nasihat itu adalah suatu kata untuk menerangkan satu pengertian, yaitu keinginan kebaikan bagi yang dinasihati.”( Jami’ul Ulum wal Hikam, Juz 1 hlm. 219)
9. Tidak boleh mengungkap aibnya
Hikmahnya:
a. Menjaga kelapangan jiwa anak
b. Mudah berkompromi
c. Kita akan ditutupi keburukannya oleh Allah
Dalam hadits riwayat Muslim, “Barang siapa yang menutupi keburukan seorang muslim, maka Allah akan menutupi keburukannya di dunia dan akhirat.”
10. Hemat bicara, memperbaiki kesalahan anak, harus satu demi satu , dan dalam menasihati anak, harus to the point jangan terlalu panjang dan jangan bertele-tele.
11. Nasihat untuk 4 mata
Memberi nasihat jangan di depan orang karena sama saja membuka aibnya. Menjaga privasi anak, membuat dia lebih mudah menerima nasihat.
12. Banyak berdoa
Banyak berdoa, baik di depan anak maupun jauh dari anak. Doa ibu adalah mustajab.
13. Diberikan pada saat yang tepat: saat jiwanya sedang lapang, pikirannya sedang terbuka, perutnya sudah kenyang, sedang tidak ngantuk, dan suasana yang santai.
14. Didukung dengan sarana dan prasarana yang tepat.
Misalnya menyuruh anak rajin baca alquran maka belikanlah alquran yang bagus dan jelas hurufnya. Memerintahkan anak untuk rajin sholat, maka sediakanlah mukena dan sajadah yang bersih dan harum.
15. Harus ada kontrol
Fungsinya untuk menghasilkan perubahan kepada yang lebih baik.
16. Harus di depan atau berhadapan dengan anak, karena nasihat di belakang anak akan sia-sia.
(ind/whn)