ChanelMuslim.com – Hati Ibarat Rumah
Ditengah kesibukan aktivitas dakwah dan politik, alhamdulillah saya menyempatkan mengontrol rumah.
Keliling ngecek semua pintu, jendela, kamar anak-anak, dapur, kamar mandi (yang jumlahnya ada 6 karena keluarga besar), gudang, kolam ikan, dan tanaman. Tidak mesti tiap hari. Tapi rutin minimal sebulan sekali, biiznillah.
Saya tidak membiarkan kerusakan berlarut. Pengalaman membuktikan jika kerusakan kecil dibiarkan, lama-lama kerusakan akan tambah parah.
Baca Juga: Tips Mengatur Rumah Sempit Jadi Lapang Versi Hadits Rasulullah
Hati Ibarat Rumah
Perbaikan akan membutuhkan biaya lebih besar. Kolam ikan saja jika tidak rajin dirawat akan menimbulkan pemandangan tidak sedap. Bisa menjadi sebab munculnya penyakit.
Lihatlah kusen jendela dan pintu ini. Tahu-tahu di dalamnya sudah penuh rayap dan tumpukan tanah merah. Hewan parasit rumah ini menebar kerusakan diam-diam. Mereka kerja secara ‘silent’. Tahu-tahu rumah keropos.
Memang bahan material bangunan ikut menentukan. Biasanya kusen dari kayu kualitas no 1 akan bertahan sampai 30 tahun.
Namun tetap saja ada batas waktu untuk dicek ulang. Alhamdulillah selama sepekan perbaikan selesai .
Pesan Moral:
1. Jika sudah membangun, maka iringi dengan merawat bangunannya. Potensi terjadinya perusakan dari dalam sangat besar. Ini yang paling berbahaya karena awalnya tidak tampak dari luar bangunan.
2. Demikian pula dengan hati kita. Hati ibarat rumah. Jika hati tidak rajin dirawat, maka potensi munculnya penyakit sangat besar. Penyakit terjadi karena hati yang sebenarnya menuntun seseorang pada kebaikan akan tertutupi oleh kabut debu dan kotoran yang menyampah dari dalam.
Kagum pada diri (ujub), merasa paling hebat, sombong (tidak mau mendengar nasihat), iri, dengki, riya, meremehkan orang lain, tidak sabar dan sebagainya adalah semacam debu dan kotoran hati yang bisa merusak bangunan amal yang telah dilakukan.
Syaikh Muhammad Nuh dalam buku “Aafatun ‘at Thariq” (Terapi Penyakit Hati) menyebutkan ada sekitar 36 penyakit hati yang berbahaya jika dibiarkan mengidap dalam diri seseorang. Utamanya berbahaya bagi aktivis dakwah. Ia tidak hanya akan merusak amalnya , namun kerusakan juga akan merembet kepada gerakan dakwah.
Itulah yang telah terjadi pada masa lalu. Al-Qur’an banyak mengisahkan perilaku orang yang hatinya berpenyakit dan berdampak kepada menyebarnya virus kerusakan dalam bangunan dakwah. (QS Al-Ahzab, QS al-Munaafiquun ).
Allah mengingatkan berulang agar menjadi pelajaran. Dakwah selamanya akan menghadapi tantangan dan ujian (QS al-Furqan : 31). Karenanya dakwah hanya akan dipikul oleh hamba-Nya yang ikhlas berjuang karena Allah.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam mengingatkan umatnya untuk senantiasa memperbaharui iman.Keimanan bersemayam di dalam hati.
Jangan sampai hati tertutup oleh kesombongan. Lisannya mengatakan kebaikan, tapi hati dan perbuatannya bertentangan dengan apa yang dikatakannya.
Rawatlah hati agar dijauhi dari penyakit dengan banyak mengingat Allah, tilawah Al-Qur’an, shaum sunnah, shalat malam, menjaga silaturrahim, berkumpul dengan orang-orang shaleh, ingat balasan Allah terhadap orang-orang beriman yang shadiq, serta ingat balasan Allah terhadap orang-orang yang melakukan penyimpangan.
3. Hati yang rajin dirawat akan berdampak kepada pikiran. Hati bersih, pikiran jernih,
perilaku tertata dengan rapih.
4. Rumah dakwah yang senantiasa dirawat dengan sendirinya akan kokoh tegak dan bersih dari hal yang akan merusaknya.
Wallahu a’lam bisshawwab
—-
Ref:
Syaikh Muhammad Nuh ”Aafatun ‘ala Thariq”.
Catatan Ustazah Wiwi Wirianingsih di akun Facebooknya pada 23 Oktober 2018 pukul 08.03