KELUARGA Muslim harus pandai memilih emosi dan mengekspresikannya untuk menjaga keluarga tetap harmonis dan sakinah, sehingga keluarga tidak datar dan hambar, jauh dari pertengkaran dan percekcokan.
Untuk menjaga keharmonisan dan kesakinahan dalam keluarga, harus pandai memilih emosi yang positif. Karena tidak semua emosi itu positif bahkan ada juga yang negatif.
Emosi yang positif itu diekspresikan kepada sikap-sikap yang baik dan terpuji, sedangkan emosi yang negatif diekspresikan kepada sikap-sikap yang buruk dan tercela.
Baca Juga: 9 Amal yang Mengantarkan Keluarga Muslim Bersama Sampai Surga
7 Alasan Keluarga Muslim Harus Pandai Memilih Emosi
Pembentukan keluarga Islami dilandasi oleh ketaatan kepada Allah, sehingga pandai memilih dan mengedepankan emosi yang positif dari pada emosi yang negatif.
Ada tujuh alasan pentingnya memilih emosi ini:
1. Keluarga Islami selalu mengokohkan iman dan takwa, sehingga bisa melahirkan emosi yang positif agar selalu sesuai dengan nilai-nilai agama dan bisa menghindar dari emosi yang negatif karena emosi yang negatif lahir dari napsu dan bertentangan dengan nilai-nilai agama.
2. Keluarga Islami rajin beribadah kepada Allah, sehingga memiliki suasana kondusif untuk menjaga emosi yang positif dan selalu bersemangat untuk beramal shaleh.
3. Keluarga Islami selalu berakhlak mulia sehingga senang mengekpresikan emosi yang positif saja.
4. Keluarga Islami rajin berzikir sehingga saat berkomunikasi bisa mengontrol dan mengendalikan emosi negatifnya.
5. Keluarga Islami rajin membaca Alquran, memahami dan mengamalkannya sehingga dalam proses pendidikan anak Qurani bisa berjalan lancar, tidak dipengaruhi oleh emosi yang negatif.
6. Keluarga Islami menjaga hubungan silaturrahim sehingga bisa melakukan interaksi sosial dengan emosi yang positif.
7. Keluarga Islami selalu berpegang pada prinsip yang halal dan baik , sehingga emosi yang positif berpengaruh terhadap kesehatan ruhani, akal dan jasadnya.
Keluarga Islami sadar bahwa marah itu suatu bentuk emosi, sehingga orang yang sering marah-marah disebut emosional (negatif). Karena itu marah harus dikelola untuk emosi yang positif, misalnya bisa marah untuk hak-hak Allah yang terganggu dan bisa mengendalikan marah saat hak-hak pribadi terganggu.
Keluarga yang bisa mengendalikan emosi negatifnya memiliki hati yang selalu bersih sehingga bisa bersabar dan bisa mengelola emosinya.
Catatan Ustazah Dr. Aan Rohanah Lc., M.Ag di akun Instagramnya @aanrohanah_16. [Ln]