ChanelMuslim.com – Khusyu’ dalam shalat sering menjadi tantangan bagi muslim yang hendak shalat. Terkadang banyak sekali hal yang berkerumun di pikiran kita saat melaksanakan shalat.
Namun, apa makna khusyu’ yang sesungguhnya, benarkah khusyu’ berarti kita tidak memikirkan apapun seolah kita sedang berada di dunia lain?
Jika kita melihat surah Al-Mukminun ayat 2, kita bisa memahami beberapa pendapat ulama tentang ini:
ٱلَّذِینَ هُمۡ فِی صَلَاتِهِمۡ خَـٰشِعُونَ ٢
“(Yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya”
Menurut Mujahid, khusyu‘ adalah menundukkan pandangan dan merendahkan suara. Maknanya hampir sama dengan khudu‘ yaitu menundukkan badan. Namun makna khusyu‘ lebih luas dibandingkan khudu‘, ia tidak hanya menundukkan badan saja, namun juga hati, pandangan, dan suara.
Baca Juga: Jangan Sampai Kita jadi Pencuri dalam Shalat
Khusyu’ dalam Shalat, Benarkah Seperti Berada di Dunia Lain?
Makna lainnya juga tidak melakukan gerakan diluar gerakan shalat, dalilnya adalah hadits beliau SAW ini :
عَنْ أَبيِ هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ رَأَى رَجُلاً يَبْعَثُ بِلِحْيَتِهِ فيِ الصَّلاَةِ فَقَالَ : لَوْ خَشَعَ قَلْبُ هَذَا لَخَشَعَتْ جَوَارِحُهُ
Dari Abi Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi SAW melihat seseorang memainkan jenggotnya ketika shalat. Maka beliau berujar,”Seandainya hatinya khusyu’ maka khusyu’ pula anggota badannya. (HR. At-Tirmizy)
Sedangkan Ali bin Abi Thalib memaknainya dengan tidak memalingkan muka ke kanan dan ke kiri. Begitupula Said bin Jabir, ia beranggapan bahwa khusyuknya orang shalat tidak mengenali siapa yang ada di samping kanan dan kirinya, dalam arti ia tidak memalingkan pandangan ke arah manapun selain ke tempat sujud.
Dari Abi Hurairah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah shalat sambil mengarahkan pandangannya ke langit, maka turunlah ayat (Yaitu mereka yang dalam shalatnya khuyu’), maka beliau menundukkan kepalanya. (HR. Al-Hakim)
Menurut Qatadah, khusyu’ di dalam hati adalah rasa takut dan menahan pandangan dalam shalat
Dengan demikian makna khusyu’ adalah konsentrasi dalam shalat, memahami dan meresapi apa yang sedang dibaca dengan penuh ketundukan baik ketundukan hati maupun pandangan, ia juga menghayati tiap gerakan dan ucapan takbir dalam shalat.
Namun bukan berarti tidak peduli dengan apa yang terjadi disekitarnya atau seolah kita sedang berada di dunia lain.
Rasulullah sendiri pernah mempercepat shalatnya saat mendengar bayi menangis, atau memperlama sujudnya saat cucunya sedang bermain di atas bahunya.
Dalam sebuah hadits diceritakan, “Pada suatu ketika Rasulullah keluar menjumpai kami di salah satu waktu sholat siang (yaitu shalat Zhuhur atau Ashar) sambil menggendong al-Hasan dan al-Husain.
Beliau pun maju dan meletakkan keduanya (di samping telapak kaki kanannya), lalu beliau bertakbir untuk sholat dan beliau pun sholat.
Beliau memperpanjang salah satu sujudnya dalam sholat tersebut. Sahabat berkata, ‘Maka aku pun mengangkat kepalaku (di tengah-tengah manusia), ternyata anak kecil itu berada di atas punggung Rasulullah sedangkan beliau masih sujud, lalu aku pun kembali sujud’.
Setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam selesai sholat, orang-orang bertanya, ‘Wahai Rasulullah! engkau memperpanjang salah satu sujudmu dalam sholat, hingga kami menyangka telah terjadi sesuatu padamu, atau engkau mendapat wahyu!’
Beliau bersabda, “Semua yang kalian sangka itu tidak terjadi padaku, namun anakku (cucuku) ini menunggangiku, dan aku tidak ingin tergesa-gesa sampai ia puas memenuhi keinginannya,” hadits an-Nasai dan Ibnu Asakir.
Begitupun ketika ada ular atau hewan membahayakan ada di hadapan, kita boleh membunuhnya meskipun kita sedang shalat saat itu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Bunuhlah dua binatang hitam dalam shalat, yaitu ular dan kalajengking.” [Ln]