EMPAT hal yang harus dimiliki pemimpin disampaikan oleh Fifi P. Jubilea saat Halal Bihalal di JISc.
Biasanya aku sebagai pimpinan tertinggi di JISc (Jakarta Islamic School), memberikan pengarahan dan pembinaan kepada guru-guru yang terlibat dalam proses pembangunan anak bangsa.
Aku senang memberikan materi leadership. Kalau guru-guru punya kemampuan leadership maka akan terimbas pada anak-anak murid.
Jadinya gurunya dulu yang harus dibentuk. Guru JISc memang keren karena selalu taatt dan siap sedia untuk diberikan pengarahan apapun. Jujur, aku sayang banget sama mereka.
Sekilas materi yang biasa aku ungkapkan pada mereka.
Banyak orang fokus pada cabang tidak fokus pada batang. Fokus pada bumbu sehingga lupa tujuan utama.
Mudah dialihkan perhatiannya sehingga mudah ikutin hoaks, mudah dialihkan dengan berita-berita pengalihan issue dan mudah makan berita fitnah. Lalu menjadikan fitnah itu sebagai bahan dasar pemikiran untuk bertindak.
Kemudian menyesal. Tapi ingat, lontong tidak bisa diubah kembali menjadi nasi.
Baca juga: Pemimpin Muda dalam Sejarah Islam
Empat Hal yang Harus Dimiliki Pemimpin
Yang harus diingat dan dimiliki oleh kita, baik pemimpin maupun para guru adalah empat hal;
1) Sequencial process, urutan peristiwa sehingga kita sadar, step mana yang hilang. Step mana yang harus dilakukan pertama kali. Tidak bisa langsung lompat. Kemudian kita akan mendapatkan kemampuan untuk memiliki skala prioritas. Mana dulu nih yang akan dikerjakan.
2) Goal; Banyak orang lupa goal semula, makanya pertanyaan yang kerap dilemparkan adalah; what is the purpose. Apa sih tujuannya. Kalau sudah jelas tujuannya ke Jogja, yah enggak usah sibuk dong beli mantel dan syal. Khan Jogja panas.
Itulah yang saya maksud, banyak orang lupa tujuan hidup sehingga mudah disesatkan.
3) Main Idea/main point; ini ilmu di seluruh dunia, semua anak faham ini, di Indonesia jarang diajarin, andai adapun biasanya dihafal, kalau enggak di atas, di bawah, dalam bentuk theory.
Maksudnya main idea adalah; apa sih main pointnya? Faham enggak ide utamanya apa.
Atau singkatnya “kamu ngerti enggak sih kita lagi ngomongin apa? Inti permasalahan utamanya tuh apa.
Kalau enggak faham biasanya akan terjadi irrelevant (enggak nyambung Jack).
Ini yang dibilang orang Jaka sambung bawa golok, enggak nyambung Jok.
Kita ngomong apa dia tanggapannya apa, penerimaannya lain.
Kalau kata almarhum Zaenudin MZ “Enggak connect nii, enggak connect.”
Kalau orang atau pemimpin pandai memahami main idea, dijamin deh enggak akan mudah kena hoaks atau percaya hoaks. Main idea ini kalau di Australia atau Amerika diajarkan sejak SD bahkan TK.
Di kita baru SMP, itupun sekadarnya saja dan masih terbatas hafalan. Theory. Padahal ini ilmu mikir juga.
4) Conclusion; kesimpulan.
Enggak banyak orang yang bisa menyimpulkan sebuah permasalahan. Kebanyakan menggantung sehingga enggak tuntas. Nanti
masalah itu diulang lagi – dibicarakan lagi, tidak akan pernah tuntas deh.
Aku suka ngomong gini sama guru-guru di Jisc/Jibbs/Jigsc:
Jadi ‘jamu tahu khan kesimpulannya apa?’
Jadi kesimpulannya adalah, nah ini musti diajarkan juga sejak masih SD. Membuat mind maps. Mencari kesimpulan. Ambil ide idenya saja. Lalu konklusikan; 1.2.3.4. Dan tekankan kembali sehingga ketika meeting yang ada adalah; mereka peserta meeting akan mengingat kesimpulan dari semua permasalahan dan akan bekerja sesuai dengan kesimpulan akhir.
Ya kita sebagai pemimpin yang harus mengambil kesimpulan. Dan tekankan kesimpulan tersebut untuk diingat dan dibawa pulang.
Wallahu ‘alam
Sekilas sharing sebagai pimpinan harian utama di Jakarta Islamic School
(I am a founder, a conceptor, a leader, a trainer, director also guarantor and Mother).
# Ini adalah materi deep Learning.
# Halal bihalal di Jisc – Alhamdulillah menemukan 36 kandidat; Dewan Pembina dan Ketua Yayasan baru untuk Yaysan Jakarta Islamic School yang siap berjuang menjalankan semua visi misi JISc, Jibbs and Jigsc ~ yang ada karena Allah menghendaki dan siap mengurus 3000 siswa dan siswi serta 529 orang guru dan staf.
Yang bersedia untuk menduduki jabatan sebagai Ketua Pembina dan Ketua Yayasan, haruslah orang dalam (kepala sekolah dan guru senior yang telah 15-20 tahun mengajar dan ada di lapangan) dan bersedia untuk membela kepentingan umat, bukan kepentingan sesaat atau segolongan orang tertentu atas dasar fitnah.
Ketua Dewan Pembina dan Ketua Yayasan sebuah institusi pendidikan haruslah terjun di lapangan dan memperjuangkan seluruh sertifikat tanah dan gedung (asset-asset Jisc) – yang merupakan milik Yayasan, milik umat yang digunakan semuanya 100 % untuk kepentingan orang banyak.
Kepentingan siswa dan guru dan umat secara keseluruhan. Bukan merupakan gono gini dan jelas dibiayai oleh umat. Wajib dikembalikan pada umat. Tidak untuk dijual. Kembali kepada kepentingan sekolah.
Ketua Pembina dan Ketua Yayasan dan pengurus yayasan haruslah dari kalangan guru yang terlibat dalam proses pendidikan secara keseharian. Bukanlah tokoh atau ulama setempat bukan juga Ustaz dengan jabatan di sebuah partai. Bahkan harusnya bukan orang partai agar sekolah netral. Sebagai lembaga acuan umat yang datang dari berbagai golongan.
Dia di lapangan dan dia yang pantas memangku jabatan.
Jangan harap jadi pemimpin yang berkuasa bila hanya bisa duduk di belakang meja.
Jangan harap bisa kembali menjadi ketua pembina, hanya berdasarkan fitnah belaka.
Allah tidak tidur.
Note: Maaf ya, ini wall saya.
Saya bebas bicara apa saja untuk share my thoughts. Sesuai dengan UUD 45 pasal 28.
Bu Rahmat masak enggak pakai sasa
Selamat berjuang di hari Selasa.