SAYA mau bertanya, apakah boleh menyentuh atau pegang Al-Qur’an terjemah tanpa wudhu? Ustaz Farid Nu’man Hasan, M.Kom.I menjelaskan bahwa hal itu diperselisihkan.
Ustaz Farid Nu’man sendiri mengikuti pendapat yang membolehkan karena Al-Quran terjemahan BUKAN lagi dikatakan mushaf. Afdhalnya memang tetap wudhu.
Terjemahan saja tidak apa-apa, sebab itu tidak dikatakan Alquran.
Berkata Imam Al Qadhi Abu Bakar bin Al ‘Arabi Rahimahullah:
وَأَوْضَحْنَا أَنَّ التِّبْيَانَ وَالْإِعْجَازَ إنَّمَا يَكُونُ بِلُغَةِ الْعَرَبِ ، فَلَوْ قُلِبَ إلَى غَيْرِ هَذَا لَمَا كَانَ قُرْآنًا وَلَا بَيَانًا ، وَلَا اقْتَضَى إعْجَازًا
“Kami telah menjelaskan, bahwa bayan dan mu’jizat hanya bisa direalisasikan dengan bahasa Arab.
“Karena itu, seandainya Al Quran diganti dengan bahasa selain bahasa Arab tentulah penggantinya itu tidak dinamakan Al Quran dan bayan, dan juga tidak menimbulkan kemu’jizatan.”
(Imam Ibnul ‘Arabi Al Maliki, Ahkamul Quran, 7/81. Mauqi’ Ruh Al Islam)
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:
ولا مانع من مس ما اشتملت عليه من آيات من القرآن كالرسائل وكتب التفسير والفقه وغيرها، فإن هذه لا تسمى مصحفا ولا تثبت لها حرمته.
“Tidak ada larangan bagi siapa pun yang menyentuh sesuatu yang memuat di dalamnya ayat-ayat Alquran, seperti surat, buku tafsir, fiqih, dan lainnya,
sebab hal ini tidaklah dinamakan dengan mushaf, dan tidak ada yang nash shahih yang mengharamkannya.” (Fiqhus Sunnah, 1/68. Darul Kitab Al ‘Arabi)
Baca Juga: Manfaat Mendengarkan Murotal Alquran
Pegang Al-Qur’an Terjemah Tanpa Wudhu
Syaikh Manna’ Khalil Al Qattan Rahimahullah mengatakan:
“ …. Sebab terjemah Alquran bukanlah Alquran. Alquran adalah susunan perkataan mukjizat, yaitu kalamullah yang menurut-Nya sendiri, berbahasa Arab.
Dan dengan menterjemahkannya hilanglah kemukjizatannya dan terjemahannya itu bukan kalamullah.” (Studi Ilmu-Ilmu Al Quran, Hal. 444-445. Cet. 1. 1992M. Litera Antar Nusa)
Nah, jika terjemahan atau tafsir Alquran sudah bukan lagi disebut Alquran, apalagi buku-buku, majalah, bulletin, yang sudah mencampur antara ayat, hadits, dan ucapan manusia.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Rahimahullah mengatakan:
نعم، لا بأس بذلك. لا بأس أن تلمس المرأة الكتاب الذي فيه آيات وأحاديث مثل صحيح البخاري ومثل زاد المعاد لابن القيم، وغيرها من الكتب الإسلامية التي بها آيات وأحاديث، مثل كتبالتفسير كذلك، ومثل تفسير ابن كثير وغيره، فلا حرج أن تلمس المرأة
الجنب، والرجل الجنب كذلك، وهكذا الحائض والنفساء. لا حرج في ذلك عليها.
وإنما الممنوع القرآن نفسه، فليس للمرأة الجنب أو الحائض أو المحدث أن يمس القرآن- أي: المصحف- إلا على طهارة .
“Ya, itu tidak apa-apa. Tidak mengapa seorang wanita menyentuh sebuah buku yang di dalamnya terdapat ayat-ayat dan hadits semisal Shahih Bukhari, dan Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim dan
selainnya dari buku-buku Islam yang memuat ayat-ayat dan hadits, seperti kitab tafsir juga termasuk, seperti tafsir Ibnu Katsir dan selainnya.
Maka, tidak ada halangan bagi wanita junub untuk menyentuhnya, laki-laki junub juga begitu, demikian pula wanita haid dan nifas, tidak mengapa hal itu.
Sesungguhnya yang dilarang adalah jika menyentuh Alquran apa adanya, maka janganlah wanita junub, atau haid, atau orang berhadats menyentuh Alquran yaitu mushaf, kecuali dalam keadaan suci.”
(Fatawa Nur ‘Ala Ad Darb Libni Baz, Soal No. 33)
Tertulis dalam kitab Al Khulashah Al Fiqhiyah ‘Ala Madzhabi Saadah Al Malikiyah:
وأما حمل التفسير ومسه والمطالعة فيه فلا يحرم للمحدث ولو كان جنبا لأنه لا يسمى مصحفا عرفا
“Ada pun membawa kitab tafsir dan menyentuhnya lalu mentelaahnya, tidaklah haram bagi orang berhadats walau pun junub, karena menurut tradisi itu tidaklah dinamakan mushaf.” (Hlm. 20. Maktabah Al Misykah)
Alquran yang di HP juga tidak dihukumi mushaf. Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid Hafizhahullah mengatakan:
هذه الجوالات التي وضع فيها القرآن كتابة أو تسجيلا ، لا تأخذ حكم المصحف ، فيجوز لمسها من غير طهارة ، ويجوز دخول الخلاء بها ، وذلك لأن كتابة القرآن في الجوال ليس ككتابته في المصاحف فهي ذبذبات تعرض ثم تزول وليست حروفا
ثابتة
HP yang di dalamnya terdapat aplikasi Alquran baik tulisan atau suara, tidaklah dihukumi sebagai mushaf. Maka, boleh menyentuhnya tanpa bersuci. Boleh pula masuk WC dengannya.
Hal disebabkan tulisan Alquran di HP tidaklah seperti tulisan di Mushaf. Keberadaannya hilang dan muncul, dia bukanlah huruf yang permanen. (Al Islam Su’aal wa Jawaab no. 106961)
Demikian. Wallahu a’lam.[ind]