BAGAIMANA hukum imam shalat membaca mushaf? Tidak jarang, kita melihat ada imam shalat berjemaah yang membaca mushaf. Mungkin, kita bertanya-tanya. Apakah hal tersebut diperbolehkan?
Baca Juga: Usulan Disetujui, Kemenag Punya Nama dan Kelas Jabatan Fungsional Pentashih Mushaf Al-Quran
Hukum Imam Shalat Membaca Mushaf
Asy-Syaikh Abdul Aziz ibnu Baz berkata,
الصحيح أنه لا حرج أن يقرأ من المصحف إذا كان لم يحفظ، أو كان حفظه ضعيفا وقراءته من المصحف أنفع للناس وأنفع له فلا بأس بذلك. وقد ذكر البخاري رحمه الله تعليقا في صحيحه عن عائشة – رضي الله عنها – أنه كان مولاها ذكوان يصلي بها في الليل من المصحف.
والأصل جواز هذا، ولكن أثر عائشة يؤيد ذلك أما إذا تيسر الحافظ فهو أولى؛ لأنه أجمع للقلب، وأقل للعبث؛ لأن حمل المصحف يحتاج وضع ورفع وتفتيش الصفحات فيصار إليه عند الحاجة، وإذا استغنى عنه فهو أفضل
“Pendapat yang benar adalah tidak mengapa seorang imam membaca dari mushaf apabila dia tidak hafal, atau hafalannya lemah, bacaannya dengan menggunakan mushaf lebih bermanfaat bagi manusia dan bagi dirinya.
Sungguh al-Imam al-Bukhari rahimahullah telah menyebutkan di dalam shahihnya tanpa sanad dari Aisyah radhiyallahu ‘anha
‘Bahwa bekas budaknya, yaitu Dzakwan pernah mengimami salat beliau radhiyallahu ‘anha pada malam hari dengan membaca menggunakan mushaf.’
Hukum asal dalam hal ini adalah boleh, nukilan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha di atas menguatkan pendapat ini.
Adapun apabila mudah baginya menghafal maka itulah yang lebih utama.
Hal tersebut lebih menyatukan hati dan lebih meminimalkan gerakan.
Shalat dengan membawa mushaf memerlukan gerakan seperti meletakkan, meninggikan dan membuka lembaran-lembaran maka hal itu dilakukan karena keperluan, apabila dia tidak melakukannya maka itulah yang afdal.”
[Cms]
Sumber:
Majmū’ al-Fatāwā, jilid 11, hlm. 340.
Alih bahasa:
Abu Fudhail Abdurrahman bin Umar.
https://t.me/alfudhail