ChanelMuslim.com – Sahabat Muslim, sudah bersihkah penghasilan kita dari harta yang haram? Ustaz Muhammadun, M.A. (Anggota DSN MUI) menjelaskan jenis penghasilan dari harta haram yang kita harus berhati-hati dalam penggunaannya.
Pada hakikatnya, harta haram dibagi menjadi dua, yaitu yang diharamkan oleh Allah untuk dikonsumsi dan yang diharamkan oleh Allah karena cara memperolehnya.
Dalam Kajian Syuruq di Masjid Hasanah Al-Fatih, Sabtu (16/10), Ustaz Muhammadun mengatakan beberapa contoh harta yang diharamkan untuk dikonsumsi atau dimanfaatkan yaitu: khamr, narkoba, patung sesembahan orang kafir, dan ternak babi.
Sebagian besar ulama sepakat, harta yang diperoleh dari bisnis tersebut harus dimusnahkan, tidak boleh diwariskan, dihibahkan, atau digunakan lagi.
Kemudian, harta yang diharamkan oleh Allah karena cara memperolehnya. Harta haram jenis ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu harta yang diperoleh secara haram dan pemiliknya tidak ridho dan harta yang diperoleh secara haram tetapi yang memberikannya ridho.
Harta yang diperoleh secara haram dan pemiliknya tidak ridho, misalnya: harta curian, harta hasil korupsi, dan harta hasil suap yang tidak ridho.
Baca Juga: Sumber Penghasilan
Beternak Babi dan Menjadi PSK termasuk Penghasilan dari Harta Haram, Berikut Penjelasan Ustaz
Menurut Ustaz Muhammadun, harta yang diperoleh dengan cara seperti ini tidak bisa dihalalkan, termasuk saat makan di kantin, pelanggan mengatakan “Makan 3 pisang goreng” kepada penjual, padahal dia makan 5 pisang goreng.
Bagaimana agar pemilik ridho? Kamu wajib menemui penjual tersebut atau ahli warisnya dan membayar kekurangannya, kecuali jika penjual tersebut sudah meridhoi.
Kemudian, harta yang diperoleh secara haram, tetapi yang memberikannya ikhlas atau ridho. Misalnya, harta yang diperoleh dari perdukunan atau menjadi dukun, dan harta hasil menjadi PSK.
Harta yang diperoleh tersebut, setelah pelaku sadar dan taubat, harta tersebut tidak perlu dikembalikan pada yang memberinya karena yang memberikannya ikhlas atau ridho, tetapi hartanya tidak boleh dikonsumsi atau digunakan untuk diri sendiri.
Sebagian besar ulama menyatakan harta tersebut harus disedekahkan.
Beberapa ulama lain menyatakan, jika akibat harta tersebut dikeluarkan, dan orang tersebut menjadi miskin dan tidak punya apa-apa, setelah taubat dan berjanji tidak mengulangi lagi, harta tersebut boleh dikonsumsi atau digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Bagaimana dengan harta temuan? Apakah statusnya halal atau haram?
Berkaitan dengan barang temuan atau menemukan sesuatu di jalan, hendaknya Sahabat mengumumkan selama tenggang waktu tertentu (setahun atau waktu tertentu).
Bila telah lewat waktu tersebut, barang temuan itu bisa dimanfaatkan.
Selain itu, bila barang tersebut mudah rusak, seperti buah-buahan, boleh langsung dikonsumsi, tapi bila pemilik datang dan menanyakannya, maka konsekuensinya adalah mengganti buah-buahan tersebut.
Bila memperoleh harta dengan cara yang dianggap syubhat, sebaiknya dicermati bila syubhat tersebut mengarah ke Haram, maka jangan digunakan, lebih baik disedekahkan.
Semoga bermanfaat.[ind]