ChanelMuslim.com- Hidup berumah tangga itu seperti menaiki perahu. Ada nakhoda, ada penumpangnya. Tapi, perahu tidak selalu berjalan mulus. Ada gelombang, ada juga badainya.
Banyak hal yang bisa “menggoyang” keharmonisan rumah tangga. Dan hal itu bisa datang mendadak, dan berasal dari mana saja.
Ada rumah tangga yang berhasil mengendalikan “goyangan” itu. Tapi, tidak sedikit juga yang akhirnya gagal.
Berikut ini tips bagaimana menyiasati keharmonisan rumah tangga. Tentu dengan pendekatan kasus yang muncul dan menjadi sebab.
Adanya Krisis Keuangan
Aliran keuangan dalam rumah tangga mirip seperti aliran darah dalam tubuh. Kalau berhenti total, rumah tangga bisa mati, atau setidaknya lumpuh.
Namun begitu, sebagai seorang mukmin, harus ada keyakinan yang kuat bahwa semua masalah selalu ada solusinya. Yang penting dilakukan adalah ikhtiar dan ikhtiar. Jangan ada kata menyerah.
Tips berikut ini mudah-mudahan bisa menjadi alternatif agar krisis keuangan tidak menjadikan rumah tangga goyang. Apalagi sampai lumpuh dan mati.
Satu, harus ada tolong menolong suami istri. Secara hukum, tanggung jawab penghasilan memang ada di pundak suami. Istri tinggal mengolah dan menyalurkan penghasilan itu sehingga memenuhi kebutuhan keluarga.
Tapi, karena darurat, jobdes itu mungkin saja bisa diubah. Istri yang berpenghasilan, sementara suami yang mengolah dan menyalurkan untuk kebutuhan keluarga.
Sekali lagi, ini hanya darurat. Bukan permanen atau selamanya. Ketika yang darurat itu lewat, jobdes harus dikembalikan ke posisi semula.
Bagaimana jika keduanya “bergerak”? Tentu ini akan jauh lebih efektif lagi. Misalnya, suami istri terjun langsung dalam dagang. Untuk sementara, urusan internal rumah tangga bisa dilakukan sambil jalan. Kecuali, urusan anak-anak.
Dengan catatan, ketika istri ikut turun langsung mengais rezeki, posnya di rumah harus diambil alih oleh suami. Setidaknya ikut membantu urusan istri di rumah. Seperti, memasak, mencuci, dan lainnya.
Dua, jangan sungkan meminta bantuan ke keluarga atau relasi. Dalam keadaan darurat, bobot idealisme bisa diturunkan demi menjaga kestabilan keluarga. Tidak ada salahnya suami atau istri meminjam uang ke sanak kerabat atau teman.
Tentunya, “energi” baru itu tidak serta merta dihabiskan untuk konsumsi. Harus dipilah dulu untuk kegiatan produksi. Justru, porsi untuk kegiatan harus lebih besar dari konsumsi. Karena keadaannya darurat.
Belanjakan sebagian besar pinjaman untuk modal usaha atau dagang. Catatan, jangan salurkan modal darurat itu untuk usaha yang samar. Tapi kongkrit walaupun sedikit.
Tiga, lakukan penghematan di semua lini. Karena darurat, semua belanja normal keluarga harus dipangkas habis. Hal ini demi membela kegiatan produksi agar bisa naik, meskipun kenaikannya minim.
Jadi, jangan saling menyalahkan tanpa melakukan upaya perbaikan ekonomi keluarga. Jangan juga menunda-nunda aksi, karena dalam kegiatan rumah tangga argonya jalan terus.
Terakhir, tingkatkan kesabaran. Karena inilah ujian kita. Adakalanya datang masa cukup, ada kalanya juga kurang. Bersyukurlah dan bersabarlah. [Mh]