RAMADAN tidak perlu menjadi ‘penghalang’ interaksi suami istri. Apakah itu interaksi yang romantis atau biasa saja.
Karena itu, perlu ditata pola interaksinya. Antara lain:
Satu, Kuatkan Interaksi Ruhiyah daripada Fisik.
Interaksi ruhiyah adalah interaksi yang bersifat spiritual. Misalnya, saling mencharge iman, ilmu agama, dan kegiatan ibadah.
Inilah fokus utama yang mestinya bisa dioptimalkan suami istri dalam interaksinya. Misalnya, ada kegiatan zikir bersama, pagi atau sore hari. Syukur-syukur bisa pagi dan sore.
Adakan kegiatan tilawah khusus untuk saling mengecek kemampuan bacaan Al-Qur’an atau mungkin hafalannya. Setidaknya satu kali sehari.
Cari momen khusus pada setiap pekan untuk saling mengisi tadabur ayat Al-Qur’an atau hadis. Bukan untuk saling menjatuhkan, tapi untuk saling menstimulus peningkatan amal.
Dua, Buat Jadwal Romantisme Suami Istri.
Karena ada batasan-batasan di Bulan Ramadan, kegiatan romantisme suami istri baik dijadwal. Misalnya, pada malam genap atau model lainnya.
Hal ini dimaksudkan selain romantisme suami istri tidak ‘liar’, juga tidak terlalaikan begitu saja. Karena ‘keseimbangan’ antara individu suami dan istri boleh jadi berbeda. Ada yang merasa butuh, ada juga yang biasa saja.
Dengan jadwal yang disepakati ini, diharapkan tidak ada yang merasa ‘dizalimi’ atau setidaknya hubungan mesra suami istri tetap terjaga.
Tiga, Hindari Berduaan di Kamar saat Siang Hari.
Untuk suami istri yang masih tergolong muda, baiknya mengubah pola hubungan pada siang hari. Misalnya, tidak berdua-duaan dalam kamar.
Kalau biasanya obrolan dilakukan di kamar, untuk sementara selama Ramadan, dilakukan di ruangan lain seperti ruang keluarga atau ruangan lain.
Usahakan untuk tidak saling ‘menggoda’. Apalagi merayu mesra.
Jangan sungkan untuk saling mengingatkan ketika terdeteksi gelagat ‘liar’ yang mungkin biasa di bulan-bulan lain. “Ingat, kita lagi puasa, ya!” begitu kira-kira.
Empat, Usahakan agar Suami Lebih Banyak di Masjid saat Siang Hari.
Siang hari di waktu libur, biasanya suami istri selalu berdua di rumah. Untuk di Bulan Ramadan, kegiatannya baiknya diubah.
Usahakan agar suami lebih banyak berada di masjid saat siang hari di waktu libur. Misalnya, mengisi waktu dengan tadarus di masjid, mengikuti taklim di masjid, membaca buku Islam di masjid, dan lainnya.
Selain mendapatkan pahala I’tikaf di masjid, potensi ‘rangsangan’ suami istri bisa dieliminir. Selain itu, istri pun akan mendapatkan ruang berkegiatan di rumah yang lebih leluasa. Misalnya tadarus, berkreasi masakan, dan lainnya. [Mh]