JADILAH suami yang hatinya seluas samudra. Akhlak terpuji kepada istri tidak hanya memperlakukannya secara baik dan tidak menyakiti fisik dan hatinya.
Termasuk akhlak terpuji suami adalah saat dia mampu menahan emosinya saat istri melakukan kesalahan yang memancing amarah.
Baca Juga: Peran Perempuan dalam Politik Perlu Dukungan Suami dan Anak
Menjadi Suami yang Hatinya Seluas Samudra
Perempuan memang diciptakan dari tulang rusuk laki-laki yang bengkok, meski begitu dia harus diperlakukan hati-hati. Rasulullah juga bersabda, “Wanita tidak akan mampu lurus selamanya. Jika kamu merelakannya meski ada kebengkokan itu, kamu akan bahagia bersamanya.
Tetapi jika kamu memaksa meluruskan kebengkokannya, kamu akan membuatnya patah, yaitu perceraian.” (HR. Muslim)
Salah satu perilaku istri yang sering menyakiti hati suami adalah kurangnya rasa syukur dan tidak berterima kasih atas segala jerih payah suami. Bahkan seringkali hanya melihat satu kesalahan suami dan menghilang sekian banyak kebaikannya. Rasulullah meminta para istri untuk memperbanyak istighfar dan sedekah karena prilaku ini agar terhindar dari api neraka.
Ibnu Umar berkata, “Rasulullah pernah mengungkapkan sindiran atas perilaku para istri yang memang seringkali tidak menyenangkan suaminya.
Rasulullah bersabda ‘Wahai para wanita, bersedekahlah kalian dan perbanyaklah istghfar, karena aku melihat kalian adalah orang yang paling banyak menghuni neraka.’
Salah seorang wanita bertanya ‘Wahai Rasulullah, kenapa kami banyak menjadi penghuni neraka?’ Rasulullah menjawab, ‘Kalian sering mencaci dan kufur (tidak pandai berterima kasih) terhadap pasangan. Sesungguhnya kalian adalah orang yang paling kurang akal dan agamanya.”
Untuk mencapai pernikahan yang sakinah, suami harus bersikap arif, bertindak rasional dan pengertian menghadapi prilaku istri. Meski begitu tidak selamanya istri melakukan keburukan, suami juga harus membuka diri menerima masukan dan kritik dari istri.
Dalam hubungan pernikahan diperlukan sikap saling pengertian dan saling memaafkan. Jika salah satu sedang marah maka yang satunya lagi bersikap tenang agar ada solusi dari persoalan rumah tangga.
Dikisahkan bahwa seseorang datang kepada Umar bin Khattab Radhiallahu Anhu ingin mengadukan akhlak istrinya. Orang itu berhenti di depan pintu rumah Umar dan menunggunya.
Dia mendengar istri Umar sedang mengeluarkan kalimat-kalimat keras kepada Umar dan Umar diam saja tidak menjawab.
Orang itu segera pergi sambil bergumam, “Jika demikian keadaan amirul mukminin Umar bin Khattab, maka siapalah aku?”
Umar keluar, dia melihat orang itu pergi. Umar pun memanggilnya, “Apa keperluanmu, wahai saudaraku?”
Orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, aku ingin mengadukan kepadamu akhlak istriku dan beraninya dia kepadaku.
Ternyata aku mendengar istrimu pun melakukan hal yang sama. Maka aku pun pulang dan berkata, jika keadaan amirul mukminin saja begini, maka siapalah aku.”
Umar berkata kepada orang itu, “Sesungguhnya aku sabar terhadap istriku karena ia mempunyai hak terhadapku.
Karena ia memasak makananku, memanggang rotiku, menyuci pakaianku, menyusui anakku. Padahal hal itu bukanlah kewajibannya. Dan hatiku tenang karenanya, tidak tergoda oleh yang haram. Karenanya aku sabar menghadapinya.”
Orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, begitu pula istriku.”
Umar menasihatinya, “Sabarlah menghadapinya wahai saudaraku, karena itu hanya sebentar saja.”
Menurut penelitian, perempuan itu membutuhkan 20.000 kata untuk dia keluarkan setiap harinya. Itu untuk mengusir rasa tidak nyaman di hatinya.
Terkadang perempuan mengeluarkan ucapan keras hanya untuk melegakan hatinya, tidak lebih. Bahkan seringkali tidak mempunyai maksud untuk membangkang pada suami.
So, para suami siapkan hati seluas samudra untuk mendengarkan ocehan istrimu yah. Tidak lama kok, seperti kata Umar bin Khattab, Cuma sebentar marahnya. [Maya Agustiana/Cms]