SAHABAT ChanelMuslim, saat seorang istri hamil, hendaknya suami istri berhati-hati dengan maksiat dan memperhatikan serta komitmen terhadap syariat, menjauhi maksiat dan dosa semaksimal mungkin.
Benar, kita memang bukan orang suci tanpa dosa namun berusahalah untuk menjauhi maksiat semaksimal mungkin.
Karena hal tersebut akan mempunyai dampak yang besar dan langsung terhadap janin yang dikandungnya.
Motivator keluarga dari Rumah Pintar Aisha, Randy Ariyanto W., bagi Ibu yang masih suka menggosip, kehamilan adalah momentum untuk memperbaiki diri.
Bagi Ayah yang masih suka mencari uang haram, kehamilan ini adalah momentum untuk berhenti.
Berjuanglah untuk tidak berbuat maksiat, karena perbuatan maksiat itu akan mempengaruhi kondisi janin dan juga akan mempengaruhi kehidupan kita.
Jangan heran saat menjalani hidup terasa sulit, ujian terus datang silih berganti tanpa henti, hidup susah, kok ada saja masalahnya.
Semua itu besar kemungkinan bersumber dari kemaksiatan. Masalah yang datang bertubi-tubi itu bisa jadi bersumber dari kemaksiatan yang sering dilakukan.
Jadi jika kita ingin anak kita sholeh, berakhlak baik, lalu selama mengandung sampai saat persalinan dimudahkan dan lancarkan maka jauhilah maksiat.
Baca Juga: Penting Bagi Suami Memastikan Makanan Halal untuk Istri yang sedang Hamil
Saat Istri Hamil, Suami Istri Harus Lebih Berhati-hati dengan Maksiat
Maksiat itu adalah penghalang terkabulnya doa. Nah, kalau kita ingin doa kita terkabul apalagi doa untuk anak yang masih di dalam kandungan maka jangan bermaksiat.
Ada dosa yang memang sulit ditinggalkan karena keterpaksaan atau sudah menjadi kebiasaan maka beristighfarlah dengan sungguh-sungguh.
Ada juga dosa yang gampang sekali ditinggalkan maka tinggalkan saja. Jika melakukan dosa yang mudah ditinggalkan namun tidak mau meninggalkan maka orang ini namanya sombong.
Ayah Bunda, di dunia ini berlaku Hukum Tabur Tuai. Apa yang kita tanam maka kita akan mendapatkan hasilnya. Menanam kebaikan akan mendapatkan kebaikan sebaliknya menanam keburukan akan mendapatkan keburukan.
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,…” (QS: Al-Isra’: 7).
Yakinlah dengan hukum Allah ini. Stop berbuat dosa dan maksiat atau minimal berjuang untuk tidak melakukan dosa dan maksiat.
Siapa yang berbuat buruk maka keburukan itu akan kembali kepadanya. Sebaliknya siapa yang berbuat baik maka kebaikan itu akan kembali kepadanya.
Contoh, orang yang korupsi, itukan perbuatan yang buruk maka keburukan akan kembali kepadanya misalnya sering sakit-sakitan, anak terkena narkoba, rumah tangga berantakan,
atau dijauhkan dari ketaatan kepada Allah, mudah sekali melakukan dosa, banyak berbuat maksiat yang semakin menenggelamkan dirinya di neraka yang semakin dalam.
Sampai saat ia mati nanti dalam keadaan suul khatimah. Jadi saat ini adalah momentum bagi kita untuk memutus kemaksiatan yang biasa kita lakukan.
Ingatlah dengan janin yang ada dalam kandungan. Jika kita ingin anak ini kelak menjadi anak yang sholeh bukan anak yang durhaka maka mulai detik ini juga perbanyaklah berbuat baik dan jauhi dosa dan maksiat.[ind]